Menurut Raisa, pemberian tugas atau praktik kepada siswa juga menjadi kendala lain pada KBM daring ini.
"Pemberian tugas sering dianggap 'terlalu banyak dan tidak efektif' sehingga anak mengalami kelelahan mata. Tapi, bagi kami para guru, salah satu instrumen dan indikator supaya kami tahu si anak paham materi yang diajarkan saat itu adalah dengan pemberian tugas," jelas Raisa.
Baca juga: Masuk Semester Genap, Sekolah di DKI Jakarta Masih Terapkan Belajar dari Rumah
Raisa, yang juga wali kelas 7, juga menyebut bahwa menjaga integritas anak sebagai salah satu kendala lain.
"Kendala lainnya menjaga integritas anak. Banyak kondisi di lapangan yang variasi (saat belajar daring) membuat anak lebih mudah menciptakan alasan," lanjut Raisa.
Raisa pun tidak memungkiri kejadian kurang mengenakkan yang terjadi saat KBM daring, misalnya murid mematikan kamera saat guru menerangkan pelajaran.
"Saya rasa ini karena trust issue. Perlu dipahami bahwa tidak semua anak punya ruang gerak atau ruang belajar nan indah dipandang. Kadang, mereka harus berbagi dengan adik atau kakak saat belajar, rumahnya dekat dengan sumber kebisingan yang membuat anak tidak nyaman atau bahkan takut ditertawakan," kata Raisa.
"Alasan-alasan itu mungkin luput dari perhatian guru akibat trust issue. Perlu ada kerja sama dengan orangtua dalam menciptakan ruang belajar yang kondusif. Tapi, tidak semudah itu karena kondisi rumah setiap murid tentu berbeda," ungkapnya.
Kondusifitas belajar-mengajar juga yang menjadi sorotan oleh Amelia.
"Dari segi guru, kami selalu berusaha mencari ruangan di rumah yang bisa jadi tempat mengajar, tapi tidak semua guru tinggal di perumahan elite, kan? Jadi, kami terkadang harus menghentikan sementara pembelajaran ketika ada gangguan seperti ondel-ondel lewat," ujar Amelia.
Baca juga: Tunda Belajar Tatap Muka, Pemprov DKI Jakarta Siapkan KBM Blended Learning
"Dari sisi siswa, terkadang ada 2-3 anak yang belajar di ruangan yang sama karena orangtua mereka harus memonitor ataupun terbatasnya ruangan di rumah siswa. Jika demikian, kami akan menghubungi anak tersebut usai kegiatan jam mengajar untuk menanyakan kendala, lalu mengundang orangtua untuk membahasnya secara virtual," jelas Amelia.
Diakui Amelia, menjaga kondusifitas dalam belajar daring tidak bisa semaksimal tatap muka.
"Karena banyaknya kendala tadi, sangat sulit untuk membuat kelas kondusif dan memastikan partisipasi siswa mencapai 90-100 persen saat pembelajaran. Hanya, kami para guru tetap mencoba yang terbaik untuk memastikan siswa memahami pembelajaran yang ada walaupun pastinya tidak luput dari kekurangan," sebut Amelia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.