BEKASI, KOMPAS.com - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bekasi hingga kini belum membuka donor plasma kovalesen bagi masyarakat umum. Hal ini karena mereka menemui kendala teknis saat melakukan proses donor pertama.
Hal tersebut dikatakan Kepala Bagian Pelayanan Donor Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Kota Bekasi Liza Nodya Chintadini saat dihubungi.
"Jadi kita sudah coba satu pendonoran dari alatnya masih ada kendala setting-an. Hanya settingannya saja, kita harus ada yang harus diperbaiki dari maintenance-nya," kata dia, Jumat (5/2/2021).
Padahal, lanjut Liza, pihaknya berencana mulai melakukan donor plasma kovalesen secara umum pada awal Februari tahu ini. Karena kendala tersebut, rencana donor secara umum pun mundur.
Baca juga: Wagub DKI Sebut Baru 1.500 Orang yang Berhasil Sumbangkan Plasma Konvalesen
"Kita awalnya planning awal bulan ini. Ternyata dicoba satu pendonor meleset," ujar Liza.
Saat ini, Liza dan jajarannya masih menyiapkan peralatan dan teknisi khusus untuk melakukan donor plasma kovalesen.
Kegiatan ini harus dilakukan dengan tenaga khusus lantaran berbeda dengan donor darah pada umumnya. Pendonor pun juga punya kriteria khususnya.
"Jadi kita harus benar-benar dapat kualitasnya darahnya juga. Karena cari pendonor kan sulit ya," ucap Liza.
Baca juga: Petugas PMI Kota Bekasi Diberi Pelatihan Pengambilan Plasma Konvalesen
Hingga saat ini, permintaan plasma Kovalesen ke PMI Kota Bekasi masih dialihkan ke PMI Kabupaten Bekasi.
Diberitakan Kompas.com pada 5 Januari 2021, Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto, mengungkapkan, plasma konvalesen sudah dikenal sejak lama sebagai sebuah metode terapi.
Menurut dia, terapi ini berpijak pada pemahaman bahwa seorang penyintas infeksi akan membentuk antibodi di tubuhnya setelah sembuh.
Kemudian, antibodi itu akan disimpan dalam plasma darah orang tersebut.
Dari kondisi itu, para tenaga kesehatan (nakes) berusaha membantu, jika ada orang yang terinfeksi, sedangkan orang tersebut belum memiliki antibodi.
Para nakes akan membantu dengan cara memberikan plasma dari orang yang sudah sembuh dari suatu infeksi.
Sementara itu, untuk Covid-19, Tonang menjelaskan, acuannya adalah penyintas penyakit tersebut diharapkan sudah membentuk antibodi.
Plasma penyintas Covid-19 itu kemudian diberikan kepada orang lain yang sedang menghadapi infeksi virus SARS-CoV-2, dengan harapan antibodi tersebut mampu melawan infeksi yang sedang berjalan.
Secara sederhana, terapi plasma konvalesendapat dipahami sebagai transfer antibodi antara penyintas suatu infeksi kepada orang yang tengah mengalami infeksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.