Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Sajian Ikan Bandeng Saat Imlek dan Sebuah Sejarah Akulturasi

Kompas.com - 12/02/2021, 15:56 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek punya sejumlah sajian makanan khas, salah satunya adalah ikan bandeng.

Masyarakat Tionghoa punya keyakinan, ikan merupakan sumber keberuntungan dan rezeki. Dalam bahasa Mandarin, ikan disebut dengan yu atau yoo. Bunyi kata itu terdengar seperti kata berkelimpahan.

Lalu bagaimana sejarahnya ikan bandeng jadi menu masakan Imlek? Dewan Pakar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Azmi Abubakar menjelaskan, keberadaan bandeng saat perayaan Imlek terkait dengan kemunculan pasar malam di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.

Pasar itu didirikan pimpinan Tionghoa, Major Tan Eng Guan, pada abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1850.

Baca juga: Jakarta Mendadak Bandeng Jelang Imlek Terjadi sejak 1850-an

Sejak itu bandeng digandrungi masyarakat Tionghoa di Jakarta atau saat Batavia dan sekitarnya. Bandeng jadi buah tangan hingga sajian saat Imlek dari tahuan ke tahun sampai saat ini.

"Ini bentuk alkulturasi budaya. Bandeng disajikan kepada orang yang dituakan atau mertua sebagai tanda hormat. Di Imlek bandeng wajib ada bagi orang Betawi Tionghoa sejak masa yang lampau," ujar Azmi, Jumat (12/2/2021).

Ukuran bandeng yang dibawa serta disajikan kepada orangtua saat perayaan Imlek memiliki arti. Masyarakat Tionghoa kala itu meyakini, semakin besar ukuran bandeng, itu berarti rasa sayang kepada orang yang diberi juga besar.

Maka, bandeng pun jadi incaran di pasar dan harganya jadi melambung tinggi jelang Imlek.

"Makin besar bandeng, makin besar juga cintanya kepada orangtua atau mertua yang diberi. Makanya bandeng mahal, tapi berapa pun harganya dibayar," kata Azmi.

Kenapa harus ikan bandeng? Bandeng dinilai selalu hidup bersama. Karena itu sajian ikan bandeng melambangkan ikatan persaudaraan yang kuat.

"Dihidangkan dan disantap bersama, tidak makan sendiri-sendiri," kata Azmi punya Museum Peranakan Tionghoa itu.

Baca juga: Jelang Perayaan Imlek, Harga Bandeng di Jakarta Barat Naik Dibanding Tahun Lalu

Keberadaan bandeng saat Imlek dimaknai juga sebagai simbol kemakmuran dan keberuntungan. Bandeng dianggap mirip dengan lika-liku kehidupan manusia. Banyaknya tulang halus pada bandeng membuat orang yang menyantapnya mesti berhati-hati. Hal itu kemudian diibarat dengan banyaknya rintangan dalam kehidupan manusia dan manusia harus selalu awas.

"Dagingnya lembut dan nikmat, tetapi harus hati-hati banyak duri jika tertelan cukup menyakitkan. Ini seperti hidup, pasti ada halangan maupun rintangan dan kita diajarkan untuk mampu mengatasinya dengan baik," jelas Azmi.

Azmi tak menampik bahwa tradisi sajian ikan bandeng dalam perayaan Imlek tidak begitu kental lagi setelah Tahun Baru China sempat dilarang di Tanah Air. Kini bahkan ada yang menggantinya dengan jenis ikan yang lain.

"Harusnya ikan bandeng karena ada maknanya, tapi saya dengar sudah ada yang diganti dengan ikan lain," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com