"Ada oknum katanya yang jaga, aparat?" tanya Ambarita lagi.
"Ngga tau, pak," jawab sopir.
Ambarita kemudian bertanya dari mana mobil tersebut berasal. Sang sopir mengaku setiap pagi mengambil mobil di parkiran Resti, lalu mendistribusikan tabung gas tersebut.
Ia mengaku setiap hari diinfokan bosnya ke toko mana saja tabung gas 12 kg tersebut diantar. Sekali trip, ia mengaku dibayar Rp 100.000.
Ketika ditanya apakah ia tahu bahwa tabung gas 12 kg tersebut hasil oplosan dari tabung gas melon, sopir itu mengaku tidak tahu.
"Tahu atau pura-pura ngga tahu?" tanya Briptu Jepri.
"Kalau cerita-cerita, yah tahu," timpal sopir disambut tawa para polisi.
Saat itu, Ambarita berkali-kali bertanya apakah mereka tahu lokasi pengoplosan. Mereka selalu menjawab tidak tahu.
Sang sopir mengaku sempat bertanya-tanya dari mana tabung-tabung gas tersebut berasal. Ia hanya mendapat jawaban mobil berisi tabung gas itu berasal dari PIK.
"Lu tinggal antar aja susah banget, banyak cerita," ucap sopir menirukan ucapan bosnya.
Ambarita kemudian menjelaskan modus pengoplosan tabung gas berdasarkan kasus-kasus yang sudah diungkap Kepolisian sebelumnya.
Baca juga: Polisi Beri Penjelasan soal Mobil Diduga Angkut Gas Oplosan Bersubsidi di Jaktim
Komplotan pelaku memindahkan gas dari tabung melon yang disubsidi pemerintah ke tabung gas 12 Kg.
Tabung gas 12 kg dijual ke masyarakat tanpa subsidi, sehingga harga per kilogramnya lebih mahal.
Selisih harga tersebut yang dimanfaatkan komplotan pengoplos untuk meraup untung.
Praktik tersebut merugikan masyarakat, terutama kelompok bawah yang berhak mendapatkan gas 3 kg.
Dalam video, Ambarita juga berkomunikasi dengan anggota timnya soal dugaan ada oknum yang membeking aktivitas tersebut.
"Ini katanya ada oknum, Jep, yang membekingi," kata Ambarita.
"Ini banyak yang benci sama kita kalau kaya gini," ucap Ambarita saat membongkar isi tas si sopir.