Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[EKSKLUSIF] Refleksi Setahun Covid-19 ala Pasien 02 Maria Darmaningsih: Antara Berkebun dan Merosotnya Kemanusiaan Kita

Kompas.com - 02/03/2021, 05:54 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Dengan situasi sekarang pun, saya melihat ada vaksin dan itu gratis dari pemerintah, itu luar biasa Indonesia. Saya angkat topi.

Berarti memang pemerintah berupaya terus. Memang, selalu ada kendala, tapi saya melihat keinginan pemerintah dengan bekerja sebaik-baiknya itu kelihatan sekali.

Saya bandingkan dengan teman-teman saya yang di Amerika dan di Eropa itu pada menghargai yang dilakukan pemerintah kita, itu kalau dari luar ya. Tapi, kalau di sini, seakan-akan masih salah terus, salah melulu.

Menurut saya, itu lagi. Mungkin pendidikan atau apa, yang tidak bisa melihat sesuatu yang positif. Menyedihkan juga, karena artinya melihat kehidupannya sendiri juga selalu negatif.

Itu kan berat. Seseorang yang selalu melihat negativity itu kan berarti, sorry, aku bukan judgement, tapi kemungkinan melihat hidupnya sendiri juga negatif. Nah, itu kan tidak menaikkan imun.

Padahal, kita sedang butuh positivity untuk kehidupan kita sendiri.

Berkebun nyatanya membuat Anda berhasil menjaga pikiran positif. Bagaimana Anda mendapatkan kebahagiaan dari bercocok tanam itu?

Gini. Saya sebetulnya bertanamnya sudah mulai dari tiga tahun lalu, tapi saya berkeinginan makan sayur organik sudah lama, tapi kan mahal atau kita harus mencari ke mana dan tidak gampang.

Tiga tahun lalu, saya mulai bertanam. Saya mulai merasakan kesehatan saya dan kebahagiaan yang saya dapat dari menanam bayam, kemudian bayamnya dipetik, saya kukus sebentar, lalu dimakan pakai sambal. Itu nikmatnya….

Dan saya tahu bahwa saya tidak pernah kasih kimia di bayam saya. Sekarang, karena saya sudah mulai pintar bertanam, saya mulai bertanam bawang merah. Bawang merah kan setiap hari kita makan. Saya sudah mulai tanam bawang merah yang 3,5 bulan itu, dan ketika saya masak dengan bawang merah itu, itu kebahagiaannya luar biasa, Mas.

Karena ada perhatian yang kita curahkan juga di sana?

Iya, dan kita tahu apa yang kita makan, tidak ada kimianya. Dengan tanaman organik, saya tahu apa yang saya makan dan itu membahagiakan hati saya.

Dan saya memisahkan sampah di rumah tangga untuk bikin kompos, dan saya bikin kompos untuk tanaman saya, itu juga bahagianya sudah luar biasa. Benar, deh.

Barangkali, rasanya seperti membesarkan anak, ya?

Ya, benar! Diajak ngomong, dikasih sayang, berterima kasih, gitu. Sehat dan bikin bahagia. Benar, kok.

Kalau saya berbuat untuk tanah itu, mungkin ini ya, ibu bumi, mother earth itu, kan selalu caring, memberi kasih sayang, dan itu mencerminkan Gusti Allah juga yang selalu memberi.

Jadi, saat kita memberikan ke tanah, kita mendapat berkah, dan lalu selalu berbagi sesama tetangga, itu kebahagiaannya luar biasa.

Saya tanam sawi, bayam, dan kangkung sih standar, lalu bawang merah, arugula, kemangi, basil, selada, tomat. Basil enak banget. Walaupun saya kurang pintar masak, tapi sayuran itu selalu saya petik ketika saya makan apa saja.

Tidak dikomersialkan?

Belum. Nantinya, mungkin. Sekarang masih untuk konsumsi pribadi. Dulu, saat (mengisi kelas tari) ke IKJ (Institut Kesenian Jakarta) sebelum pandemi, saya suka bawa sayuran macam-macam, itu saya senang bagi-bagi.

Sekarang, setelah pandemi, suka banyak teman yang panggil meminta dibawakan, katanya, “Nanti aku ganti, deh”. Aku kirim, terus nanti dia gantikan, ya sudahlah sekadar begitu.

Mereka selalu bilang kalau sayur organik itu manis dan kriuk-kriuk, nyesss.

Sawinya, kalau dimasak, beda dan cenderung ada manisnya. Terong ada manisnya, lengkuas juga ada manisnya. Saya pernah bagi-bagi lengkuas ke teman-teman, mereka bilang, kok enak banget kalau yang organik, ada manis-manisnya.

Sekarang saya juga sering jadi pembicara bertanam organik, gitu-gitu, ya sharing saja, bukan ahli. Aku enggak belajar, karena pengalaman ngelakoni itu tadi.

Terakhir, apa harapan seorang Maria Darmaningsih untuk bangsa kita yang masih harus berperang melawan pandemi?

Menurutku, protokol kesehatan itu yang kita harus mematuhi terus, dan memang kita harus menerima bahwa ini perubahan kehidupan yang luar biasa, tapi kita harus menyesuaikan.

Jadi protokol kesehatan harus tetap dipegang, kemudian saya juga melihat, dari sisi pemerintah, pergantian menteri kesehatan yang memang lebih menguasai secara manajemen itu juga baik.

Itu penting karena harus ada satu pintu, jadi pengumuman harus satu pintu walau kita sering diganggu oleh hoaks dan segala macam. Saya tidak mau membicarakan itu.

Bahwa pemerintah itu, sekarang dengan manajemen yang bagus—lebih bagus daripada yang dulu—memberikan informasinya juga akan lebih baik.

Ada pintu yang benar untuk informasi. Kalaupun ada kelemahan dan kekurangan, ya, itu bisa dipahami karena kita negara besar dan kepulauan yang kayak gini, luar biasa untuk menangani pandemi, tapi saya tahu banget bahwa Indonesia termasuk yang bagus dalam menangani pandemi, walaupun belum sempurna. Ini termasuk negara yang luar biasa dengan 260 juta penduduk.

Mungkin akan lebih baik kalau tidak terlalu banyak diganggu. Kadang-kadang, gangguan itu, menurut saya begini, semua orang pengin jadi pemerintah. Padahal, mbok diserahkan pemerintah saja yang urus, kita jadi rakyat saja gitu, kok susah amat. Pertanyaannya apa tadi?

Harapan Anda. Jika tahun lalu berharap selesai Agustus 2020, tahun ini?

Hmmm… Mungkin dengan vaksin ini, harapannya, ya, berakhir tahun ini. Dulu kan belum tahu, belum paham bahwa vaksin ini sedemikian luar biasanya, tapi sekarang. Ya, harapannya sampai akhir tahun ini, deh.

Semoga semuanya cepat teratasi karena yang saya paling ikut memperhatikan kepedihannya adalah anak-anak yang tidak bisa sekolah.

Menurut saya, itu sangat berat buat mereka, perkembangan psikologisnya, terus harus selalu di rumah itu. Saya membayangkan sebagai orangtua, itu pasti berat sekali.

Itu yang harus kita pikirkan juga, nanti secara kejiwaan bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak yang selama satu tahun lebih tidak bersekolah dan tidak bersosialisasi, tidak berkegiatan. Kan luar biasa. Itu yang menurut saya harus diperhatikan nantinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com