"Apakah yang rusak yang kiri kita belum tahu. Sebab (tuas) dua-duanya menunjukan sikap yang berbeda atau mengalami anomali," terang Nurcahyo.
Nurcahyo menjelaskan, bahwa trottle sebelah kiri bergerak mundur terlalu jauh. Di sisi lain, trottle sebelah kanan tidak bergerak dan terindikasi macet.
Dugaan kerusakaan trottle belum dapat disimpulkan, sebab trottle tersambung dengan 13 komponen lain dalam bagian pesawat.
"Kami masih melakukan penyelidikan dari 13 komponen lain yang terkait dengan gerakan tuas tersebut," papar Nurcahyo.
Baca juga: [HOAKS] Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Meledak di Udara
2. Dua Komponen Pesawat Sempat Diperbaiki
Berdasarkan caratan perawatan pesawat, Sriwijaya Air SJ 182 sempat melakukan perbaikan pada dua perangkatnya.
Perbaikan pertama dilakukan pada petunjuk kecepatan (mach/airspeed indicator) sebelah kanan pesawat yang mengalami kerusakan.
Perbaikan dilakukan pada 25 Desember 2020.
Saat itu perbaikan komponen ini belum berhasil. Sehingga dimasukkan dalam daftar DMI Kategori C.
Lalu, berdasarkan panduan minimum equipment list (MEL) proses perbaikan boleh ditunda sampai dengan 10 hari.
"Pada tanggal 4 Januari indikator kecepatan (mach/airspeed indicator) ini diganti dan hasilnya bagus sehingga DMI ditutup," kata Nurcahyo.
Proses perbaikan selanjutnya dilakukan 3 Januari 2021, pada komponen auto-trottle atau tuas pengatur tenaga mesin pesawat yang digerakkan otomatis yang tidak berfungsi.
Perbaikan itu dinyatakan berhasil, meski kemudian pada 4 Januari 2021 kerusakan yang sama kembali terjadi.
Proses perbaikan kali kedua pada auto-trottle itu belum berhasil sehingga dimasukkan ke DMI.
"Tanggal 5 Januari 2021 dilakukan perbaikan dengan hasil baik dan DMI yang ditutup," kata Nurcahyo.
Setelah perbaikan 5 Januari tersebut, Nurcahyo mengatakan tidak ada lagi catatan pada DMI yang berarti tidak ada kerusakan pada pesawat.
3. Pesawat Tak Lewati Awan Hujan
Pesawat Sriwijaya SJ 182 tidak melewati area awan hujan dan awan yang berpotensi menyebabkan guncangan.
Hal tersebut diungkapkan Nurcahyo, berdasarkan data cuaca yang diperoleh KNKT dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Bahwa pesawat ini tidak melalui area dengan awan yang signifikan dan bukan area awan hujan, juga tidak berada in-cloud turbulance atau di dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan," papar Nurcahyo.