JAKARTA, KOMPAS.com - Harga cabai, terutama cabai rawit merah, melonjak dalam sepekan terakhir.
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan Jakarta Barat Iwan Indriyanto menyatakan, lonjakan harga disebabkan banjir yang melanda sejumlah wilayah pada Februari 2021.
"Kenaikan ini karena di daerah produsen cabai terdampak banjir sebelumnya, sehingga pasokan terganggu. Ini berpengaruh bagi harga," kata Iwan, Rabu (3/3/2021).
Imbasnya, sejumlah penjual makanan mengaku kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya.
Sejumlah pedagang di Pasar Slipi, Jakarta Barat, mengeluhkan naiknya harga cabai rawit merah yang terjadi pekan ini.
"Kalau dulu normal harganya paling Rp 40.000 sampai Rp 60.000 (per kilogram), sekarang naik dua kali lipat, sampai Rp 130.000-Rp 140.000," ungkap Juniem, salah seorang pedagang Pasar Slipi, Kamis (4/3/2021).
Imbasnya, mereka terpaksa menurunkan stok penjualan cabai sehari-hari.
"Kami jual setengah kilogram saja, itu pun kadang enggak habis. Kalau dulu bisa 5-10 kilogram berani," tambah Juniem.
Baca juga: Harga Cabai Naik, Sejumlah Warteg di Jabodetabek Pilih Tutup Sementara
Hal tersebut juga diungkapkan Ira, pedagang lainnya di Pasar Slipi yang juga menjajakan cabai rawit merah.
"Tiap hari perasaan naik mulu ini harga cabai rawit, tapi enggak mau jualan enggak mungkin, jadi sedikit-sedikit saja (stok penjualan)," kata Ira.
Ira mengaku hanya berani menjual sebanyak satu kilogram cabai rawit merah dalam satu hari.
Demikian pula yang dirasakan pedagang lainnya, yakni Suratini.
"Sedikit juga yang beli. Ini cuma nyetok setengah kilogram. Habis juga belum tentu," kata Suratini.
Terlebih lagi, daya beli masyarakat telah turun dengan adanya pandemi Covid-19.
"Sejak Covid-19 gini daya beli emang sudah turun, sama naik (harga) gini juga kan semakin parah," tambah Suratini.
Baca juga: Pengusaha Rumah Makan Padang Keluhkan Kenaikan Harga Cabai
Para pedagang berharap segera ada intervensi dari pemerintah akan lonjakan harga cabai rawit merah selama beberapa hari terakhir ini.
"Penginnya ya paling mahal Rp 40.000 aja, jangan naik sampai tiga kali lipat gini," kata Juniem.
Sejumlah pengusaha rumah makan padang di Jakarta Barat juga dirugikan dengan naiknya harga cabai.
"Ini naik semua harga cabai, jadi mahal-mahal," kata Ramli, pengusaha salah satu rumah makan padang di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, kemarin.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Syahrul, pengusaha Rumah Makan Padang Jaya Bukittinggi, Slipi, Jakarta Barat.
"Kalau di warung makan padang sini, banyak pakainya cabai keriting. Harganya naik dari Rp 30.000 sampai Rp 40.000 sekarang bisa Rp 60.000, dua kali lipat," ungkap Syahrul.
Mereka enggan mengurangi jumlah cabai yang digunakan untuk menjaga cita rasa masakan.
"Kalau cabai enggak kami kurangi, tetap begitu, soalnya kalau dikurangi nanti rasanya berubah," kata Ramli.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah Naik, Pedagang Kurangi Stok Jualan
Imbasnya, para pengusaha harus mengeluarkan modal yang lebih besar dari biasanya.
Pengusaha rumah makan padang lainnya, Doni, juga mengeluhkan hal yang serupa.
"Ya jadinya kami pengeluarannya naik, jadi lebih banyak sekarang," kata Doni, pengusaha salah satu rumah makan padang di kawasan Kebon Jeruk.
Terlebih lagi, pemasukan para pengusaha juga menurun semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
"Daya beli masyarakat juga sudah turun dari awal pandemi Covid-19, sekarang kehantam ini lagi naik harga cabai jadi makin susah. Ini saja omzet sudah berkurang 20 persen," ungkap Syahrul.
Mereka berharap, harga dapat kembali normal dalam waktu cepat.
"Ya harganya standar-standar sajalah, jangan naik tinggi-tinggi banget, apalagi keadaan sekarang Covid-19, daya beli kurang, harga tinggi, masyarakat jadi jerit-jerit," kata Ramli.
Sejumlah pengusaha warung tegal (warteg) di Jabodetabek memilih untuk tutup sementara akibat kenaikan harga cabai.
"Beberapa saja (yang tutup), informasinya enggak begitu banyak, sekitar sepuluh mungkin," Ketua Komunitas Warteg Nusatara (Kowantara) Mukroni saat dihubungi Kompas.com, Kamis.
Menurut Mukroni, hal ini disebabkan kondisi para pedagang yang sudah terpuruk karena diterpa pandemi Covid-19.
Kemudian, kondisi tersebut diperparah dengan adanya lonjakan harga cabai yang menjadi salah satu bahan utama.
"Memang dengan kondisi ini kan susah, kami mau jual berapa (masakan kami)?" kata Mukroni.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah di Kota Tangerang Tembus Rp 150.000 Per Kg, Ini Penyebabnya
Namun demikian, ia tidak menganjurkan opsi tutup sementara dilakukan oleh pengusaha warteg.
"Ini kan sementara mudah-mudahan, nanti kalau tutup, mereka (pengusaha warteg) malah enggak dapat pemasukan, enggak bisa bayar sewa," jelasnya.
Untuk menyiasati hal ini, Mukroni mengatakan, pedagang harus pintar-pintar mengolah masakan yang dihidangkan.
"Ini bagaimana kita memformulasikan agar cabai yang digunakan tidak terlalu boros dalam masakan," jelasnya.
Ia berharap pemerintah dapat turun tangan untuk menekan harga cabai di pasaran.
"Ya untuk pemerintah, kami penginnya harga-harga stabil. Kondisi sudah begini, jangan harga naik juga," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.