Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keluarga Waluyo yang Termarjinalkan, Hidup di Pinggir Rel Manggarai Tanpa Listrik

Kompas.com - 14/03/2021, 07:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

Untuk urusan makan pun Sa'anih bergantung pada warung makan. Tak ada dapur di rumahnya. Bila keluarganya lapar, ia harus beli ke warung makan.

Berharap diperhatikan hingga ingin berdagang nasi goreng

Waluyo terbata-bata ketika memikirkan harapannya kepada pemerintah. Pria berambut gondrong tersebut hanya tertawa. Sesekali ia menunduk seraya pesimis untuk menaruh harapan kepada pemerintah.

“Harapan sama pemerintah apa ya? Ya adalah (harapan). Tapi namanya pemerintah, orang-orang gini mana mau sih (diperhatikan). Ya pemulung kan namanya diasingkan. Sama Satpol PP diobrak abrik,” ujar Waluyo sambil menghela nafas.

Sebagai kaum yang marjinal, Waluyo sangat khawatir dengan kesehatan keluarganya. Tak ada kartu jaminan kesehatan di dompetnya. Berserah diri ke Allah SWT adalah 'jalan ninja' bagi Waluyo.

Anaknya pernah sakit. Ia hanya bisa pergi ke puskesmas. Jaminan kesehatan adalah satu dari mimpi Waluyo.

“Ya pengen sih ada jaminan kesehatan ya. Namanya (urusan) kesehatan ya pingin,” kata Waluyo.

Covid-19 pun jadi momok bagi Keluarga Waluyo. Masker yang sudah lusuh masih ia pakai. Karet pengaitnya pun kini sudah putus karena dijadikan mainan anaknya.

Baca juga: Kisah Pilu Pengantin Baru yang Jadi Korban Longsor Malang, Menikah Sebulan Lalu, Tewas dan Ditemukan Pemulung

Pandemi Covid-19 ia akui sangat berdampak. Bantuan sosial pun tak ia dapatkan karena ia ber-KTP Jawa. Uluran tangan hanya hadir di awal-awal pandemi Covid-19.

“Paling (bantuan) dari itu doang, orang-orang dari panti, yayasan. Dulu doang. Dulu sering pokoknya. Seminggu bisa tiga kali tapi sekarang sudah ga ada,” ujar Waluyo.

Matahari mulai menghilang. Namun, impian Waluyo tak ikut hilang. Ia ingin kembali berdagang nasi goreng seperti dulu. Sebelum di Manggarai, ia pernah berjualan nasi goreng di Pademangan, Jakarta Utara.

“Kalau saya pengen jualan nasi goreng lagi. Kalau bisa sih punya tempat sendiri,” kata Waluyo.

Ia berpikir jika ada orang yang memberi sedikit modal, berjualan nasi goreng adalah pilihannya. Istrinya pun memuji nasi goreng buatan suaminya.

“Dia kalau bikin nasi goreng enak,” ujar Sa'anih sambil tertawa. Waluyo tampak malu dipuji istrinya.

Lafadz Al-Quran mulai menggema di sekitar Manggarai. Keluarga Waluyo masih asyik menikmati sore. Peluk kasih sayang Saanih dan Waluyo masih terasa hangat.

Sementara itu, roda-roda kereta masih menggilas rel dengan mulus. Namun, mulusnya jalan roda-roda kereta tak seperti kondisi keluarga Waluyo. Kemiskinan yang dialami keluarga Waluyo adalah potret nyata kehidupan orang pinggiran Jakarta yang termarjinalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com