Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan di Pancoran, Pertamina Bantah Pakai Ormas hingga Warga Ingin Perlakuan Manusiawi

Kompas.com - 19/03/2021, 15:42 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

"Saya kira Pertamina juga punya solusi, terkait solusi terhadap masalah-masalah tersebut," kata Riza.

Dia juga menegaskan posisi Pemprov DKI dalam sengketa lahan tersebut sebagai mediator untuk memediasi kedua pihak yang bersengketa mendapatkan kesepakatan.

Sehingga, tidak ada lagi kekerasan yang terjadi akibat sengketa lahan di Pancoran Buntu II, Jakarta Selatan.

Warga berharap polisi netral dan menunggu hasil proses hukum

Perwakilan warga Pancoran Buntu II, Lilik Sulistyo (44) mengatakan, polisi bersikap netral dalam kasus sengketa lahan Pancoran Buntu II.

Pasalnya, sebelumnya ia menuding polisi kerap ikut campur dengan program penanganan sengketa tanah Pancoran Buntu II.

"Awalnya selalu datang, ngebantu Pertamina, ikut programnya dia, kerohiman," ujar Lilik saat ditemui, Kamis (18/3/2021).

Warga juga takut dengan kehadiran polisi. Menurut Lilik, kehadiran polisi di Jalan Pancoran Buntu II kerap membawa senjata seperti gas air mata dan senjata api.

"Kita jangan ditakut-takutin. Kalau memang dia ke masyarakat, datang usahakan tidak yang tidak menggunakan senjata. Berseragam boleh ngga masalah. Tapi jangan yang bawa senjata. Warga ngga semua mentalnya kuat, lihat senjata gitu takut. Apalagi kalau sudah sama Pertamina. Takut," ujar Lilik.

Lilik juga mengatakan, warga Pancoran Buntu II juga akan patuh pada hasil proses hukum terkait sengketa tanah di Pancoran Buntu II.

Warga Pancoran Buntu II siap menyerahkan tanah ke PT Pertamina (Persero) jika kalah dalam proses hukum yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Warga bakal legowo andai Majelis Hakim memutuskan Pertamina merupakan pemilik sah atas tanah seluas 5,1 hektare.

"Kalau memang sidang sudah kelar, kalau kita kalah, ya sudah kita legowo. Kalau kita nggak legowo berarti kita mau menguasai dong," ujar Lilik.

Lilik berharap para warga Pancoran Buntu II diberikan waktu untuk berkemas dan difasilitasi untuk mencari tempat tinggal baru.

Warga Pancoran Buntu II ingin diperlakukan secara manusiawi dalam sengketa lahan.

"Paling nggak, kalau kita kalah, ya sudah. Selayaknya kita harus pindah, ya pindah. Tapi nggak diusir juga, entah difasilitasi, kemasi barang-barang atau gimana. Dimanusiakan gitu lho. Jangan asal gusur, kita kan manusia juga, punya hak yang sama," ujar dia.

Warga Pancoran Buntu II, lanjut Lilik, menyoroti pembongkaran bangunan tetap berjalan meski belum ada putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Selama ditunda tetap jalan pembongkaran. Ini kan mereka nggak mau tahu, dihabisin saja sudah. Itu yang kita lawan sama mereka," tutur Lilik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Warga Trauma Naik JakLinko, Tegur Sopir Ugal-ugalan malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLinko, Tegur Sopir Ugal-ugalan malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com