Bahkan, Gita pernah menjual prangko seharga Rp 580 juta.
"Saya pernah, jual ya bukan koleksi, kalau jual saya pernah sampai Rp 580 juta, lima prangko, cash itu," lanjutnya.
Sayangnya, Gita enggan menjabarkan secara rinci prangko jenis apa yang dia jual itu.
Gita menyebutkan, prangko senilai ratusan juta rupiah itu ia jual kepada seorang kolektor asal Hongkong.
Namun, Gita menegaskan, menangguk cuan dari prangko dan teman-temannya bukanlah perkara mudah.
Seorang filatelis yang ingin berbisnis dengan benda-benda pos tentunya harus pandai menawarkan prangko-prangko yang dijualnya.
"Jual prangko harus ada ilmunya, harus dijelasin kenapa harus beli itu, misalnya itu langka atau satu-satunya, mungkin belum pernah keluar, itu yang daya tarik kolektor buat ngumpulin," jelasnya.
Salah satu nilai jual dari benda filateli adalah kelangkaan dan keunikan, serta cerita di balik pembuatannya.
Baca juga: Museum Pos Indonesia di Bandung, Ada Prangko Pertama di Dunia
Semakin langka dan unik, maka filateli akan semakin bernilai tinggi.
Menurut Gita, belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui potensi investasi di dunia filateli.
Bersama PFI, Gita ingin mengedukasi masyarakat untuk menyebarkan informasi sebanyak-banyaknya tentang filateli.
"Di Indonesia masih banyak orang mungkin prangko ini dianggap sampah, kalau udah tahu jalurnya, udah deh itu luar biasa," ujar Gita.
"Makanya tugas organisasi ini kami ingin mangedukasi lagi ke masyarakat, jangan sampai enggak tahu filateli," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.