Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Lone Wolf, Sebutan Polisi untuk Aksi Teror ZA yang Menyerang Mabes Polri?

Kompas.com - 01/04/2021, 07:59 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menyebutkan, tersangka teroris penyerang Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) kemarin merupakan 'lone wolf' berideologi ISIS.

Hal ini disampaikan Sigit saat memberi keterangan kepada wartawan di Mabes Polri, Rabu malam.

"Yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku lone wolf beridiologi ISIS. Terbukti dari postingannya di sosial media," ujar Sigit.

Lebih lanjut, Sigit mengatakan pelaku, perempuan berinisial ZA (25), membuat akun Instagram beberapa jam sebelum beraksi.

Pada akun tersebut terdapat postingan bendera ISIS dan keterangan tulisan terkait jihad ISIS.

Baca juga: Sosok ZA Penyerang Mabes Polri, Simpatisan ISIS, Mahasiswi DO yang Tertutup

Apa itu lone wolf?

Pengamat terorisme Community of Ideological Islamic Analyst (CIA) Harits Abu Ulya mengatakan, 'lone wolf' adalah sebutan bagi mereka yang melakukan aksi teror seorang diri.

Aksi itu merupakan inisiatif pribadi atau tidak didesain oleh kelompok tertentu.

Di tengah melemahnya kelompok ekstrem di Indonesia, Harits menganggap sosok 'lone-wolf' ini menjadi ancaman baru.

Pemicu mereka melakukan aksi teror bukan hanya didominasi penegakan ideologi, tetapi juga dilatari persoalan pribadi atau keluarga.

"Tidak selalu keyakinan yang beku. Soal perut yang lapar juga bisa mendorong seseorang melaksanakan aksi teror. Atau karena kondisi labil dan depresi, bisa saja seseorang melakukan aksi nekat," ujar Harits kepada Kompas.com, 2016 lalu.

Baca juga: Keluarga Temukan Surat Wasiat Sebelum ZA Serang Mabes Polri

Strategi menjaga keamanan jaringan

Melakukan aksi teror secara sendiri-sendiri (lone wolf) dianggap menjadi strategi untuk menjaga keamanan sebuah jaringan terorisme.

Pengamat terorisme dan direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones, kepada BBC mengatakan, strategi ini diambil karena jaringan teror menilai "terlalu berbahaya bagi mereka untuk bergerak sebagai satu organisasi besar".

Sementara itu, pengamat terorisme Taufik Andrie mengatakan, pola eksekusi seorang diri membuat serangan berikutnya sulit untuk dideteksi.

Dengan demikian, polisi ataupun intelijen akan kesusahan untuk mengantisipasi teror selanjutnya.

"Susah dideteksi (aksi dalam sel-sel kecil) seperti ini. Merencanakan sendiri, melakukan sendiri," ujar Taufik.

Baca juga: Hasil Otopsi: Terduga Teroris ZA, Penyerang Mabes Polri Tewas Akibat Tembakan di Jantung


Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com