Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Agung Al-Barkah Bekasi: Surau Markas Pahlawan, Disinggahi Soekarno Saat Diculik ke Rengasdengklok

Kompas.com - 24/04/2021, 13:54 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com – Alun-alun Kota Bekasi masih lengang jelang waktu berbuka puasa, Jumat (23/4/2021).

Temaram memulas senja, melatari 4 menara yang berdiri menjulang seakan hendak menyundul langit. Empat menara setinggi 35 meter itu mengapit sebidang kubah berwarna biru safir yang tampak mencolok di antara warna-warna lain di sekitar alun-alun yang terasa monoton.

Azan maghrib kemudian bertalu merdu dari arah kubah dan menara itu: Masjid Agung Al-Barkah. Ia tampak perkasa di tengah kelembutan warna lembayung.

Kendati tampak gagah dari luar, namun ada suasana ramah dan sejuk ketika memasuki pintu besarnya yang bermotif ukiran kayu Jepara.

Baca juga: Pesona Masjid Asmaul Husna, Rumah Ibadah Berselimut Kaligrafi Kufi di Tangerang...

"Kalau di sebuah gedung ada elemen floralnya kelihatan sejuk, tidak pakai AC pun sudah sejuk karena di semua dinding dilapisi kayu. Itu akan lebih memberikan nuansa yang lebih menyejukkan hati kita," kata Sekretaris Media Center Masjid Agung Al-Barkah, Eko Purwanto, Jumat.

Seperti penampakan dan suasananya, Masjid Agung Al-Barkah memang istimewa. Ini salah satu masjid tertua di Kota Bekasi.

Masjid ini bermula dari sebuah surau yang dibangun pada era Hindia-Belanda, tepatnya tahun 1890. Pembangunan surau dipelopori penghulu Lanraad saat itu, Abdul Hamid, menggunakan tanah wakaf seorang warga bernama Bachroem seluas 3.370 meter persegi. Sejak awal, surau ini telah dinamakan Al-Barkah.

Suasana Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi.KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Suasana Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi.

Sejarawan Bekasi, Ali Anwar, menyebutkan bahwa surau itu kemungkinan besar dibangun tak begitu lama pemerintah kolonial Hindia-Belanda membangun alun-alun beserta gedung-gedung di sekitarnya, termasuk di antaranya kantor polisi dan pengadilan di tempat yang sama sampai sekarang.

"Pemerintah Hindia-Belanda kan menjajah tentu meminimalisasi perlawanan, maka apa yang kira-kira tidak mengganggu pemerintah, tapi bisa mengakomodasi keinginan masyarakat, di antaranya kan rumah ibadah. Bahkan itu justru konsepnya Snouck Hurgronje begitu. Jadi apa yang kira-kira tidak menganggu pemerintah, berikan saja," ungkap Ali kepada Kompas.com, Jumat (23/4/2021).

Baca juga: Menengok Pesona Masjid Keramat Luar Batang, Bangunan Ratusan Tahun di Pesisir Jakarta

Snouck Hurgronje merupakan seorang orientalis yang dikirim ke Hindia Belanda pada 1889. Ia melakukan etnografi terhadap masyarakat Aceh, termasuk soal pergolakan politik Islam di sana.

Dalam beberapa versi catatan sejarah, namanya kerap dijadikan kambing hitam atas takluknya Aceh oleh pemerintah Hindia-Belanda di akhir abad 19.

Saksi revolusi

Eko Purwanto mengonfirmasi bahwa surau ini memang sedari mula telah menyaksikan gigih perlawanan para pejuang atas pemerintah kolonial.

Kisah yang paling tersohor ialah tatkala salah satu founding fathers Indonesia, Soekarno, disebutkan pernah mampir menginjakkan kakinya ke dalam surau ini untuk beribadah.

Kunjungan Soekarno itu dilakukan bukan pada masa ketika ia duduk nyaman sebagai presiden pertama RI, melainkan justru pada detik-detik genting dalam penentuan nasib bangsa Indonesia.

"Banyak cerita, bahwa Soekarno itu mampir di sini untuk salat, sebelum beliau dibawa ke Rengasdengklok," kata Eko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com