Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alarm Peningkatan Kasus Covid-19 dari Perkantoran Jakarta...

Kompas.com - 26/04/2021, 08:28 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Sebab, vaksin yang kini digunakan pemerintah belum tentu bisa melindungi masyarakat dari varian baru virus corona.

Klaster perkantoran karena WFH yang tak disiplin

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, lonjakan kasus Covid-19 klaster perkantoran di Jakarta naik lantaran kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) tidak diterapkan dengan baik.

Kebijakan WFH 50 persen saat ini mulai diabaikan. Bahkan banyak perkantoran di Jakarta disebut sudah menerapkan bekerja dari kantor atau work from office 100 persen.

Baca juga: Klaster Perkantoran di Jakarta Melonjak, Anggota DPRD: Sinyal Kalangan Terdidik Abai Protokol Kesehatan

Dicky meminta semua pihak, termasuk pemerintah dan swasta, untuk bisa memahami pandemi Covid-19 masih belum terkendali sepenuhnya.

Bukan lantaran sudah divaksinasi, pegawai akhirnya dipaksa untuk bekerja dari kantor.

"Jadi yang namanya WFH itu bukan ketika sudah divaksin bisa masuk semua. Tetap saja WFH ini, terutama untuk pekerjaannya bisa dari rumah, tidak diperlukan kehadiran kantor dan masuk kategori risiko tinggi ya (disarankan untuk) WFH," kata Dicky.

Saran WFH sepenuhnya

Dicky mengatakan, Pemprov DKI Jakarta sebaiknya kembali menerapkan kebijakan WFH sepenuhnya.

Kebijakan WFH bisa mengurangi penyebaran Covid-19 melalui klaster perkantoran yang meningkat pesat seminggu terakhir.

"Imbauan saya adalah semua instansi mau itu Jakarta, (kantor) pemda maupun kementerian. Pokoknya (kantor) yang ada di Jakarta termasuk kota besar lainnya di Indonesia, berlakukan WFH itu," kata dia.

WFH dinilai menjadi kebijakan yang sangat penting untuk menekan klaster perkantoran di DKI Jakarta karena bisa mengurangi interaksi dan potensi orang untuk tertular.

Baca juga: Klaster Perkantoran di Jakarta Meningkat, Epidemiolog Sarankan WFH Kembali Diterapkan

Dia mengingatkan kepala instansi pemerintah maupun swasta yang mulai mewajibkan karyawannya untuk bekerja di kantor agar tidak melupakan bahaya Covid-19.

Terlebih lagi jika berpikir apabila sudah divaksin, maka karyawan sudah boleh masuk kantor sepenuhnya.

"Orang sudah divaksin bukan berarti tidak bisa terinfeksi, karena orang divaksin itu selain bisa terinfeksi juga bisa menularkan," ucap Dicky.

Dicky juga meminta Pemprov DKI tidak tergoda memberikan kelonggaran saat tren kasus Covid-19 menurun.

"Harus WFH, kita jangan dikit-dikit karena tren menurun, langsung pelonggaran di mana-mana," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com