Setelah melewati gapura, kita akan menginjakkan kaki di halaman masjid yang cukup luas.
Pepohonan yang rimbun membuat pekarangan menjadi sejuk di tengah teriknya sinar matahari di siang bolong.
Di pekarangan masjid ini juga terdapat sentra kuliner dengan berbagai macam menu hidangan.
Penjualnya adalah para pedagang kaki lima yang semula berjualan di bahu jalan depan masjid.
Demi ketertiban, para PKL ini kemudian dibuatkan area khusus di pekarangan masjid.
Baca juga: Pesona Masjid Asmaul Husna, Rumah Ibadah Berselimut Kaligrafi Kufi di Tangerang...
Dari pekarangan ini jualah, keunikan arsitektur masjid bisa terlihat jelas.
Tak ada kubah di bagian atap masjid. Atap masjid ini justru berbentuk mendatar dan dibuat melengkung di bagian tepiannya menyerupai perahu.
Memasuki bangunan masjid, pengunjung awalnya akan disambut dengan sebuah ruangan besar yang semi terbuka.
Pada hari-hari biasa saat pengunjung tidak terlalu banyak, ruangan ini biasanya tak digunakan untuk shalat berjemaah.
Para pengunjung masjid yang sedang tak beribadah pun bisa duduk-duduk dan bersantai di ruangan ini.
Pintu dan jendela yang didesain lebar dan terbuka luas membuat angin sepoi-sepoi masuk ke ruangan, membuat udara menjadi sejuk.
Baca juga: Menengok Pesona Masjid Keramat Luar Batang, Bangunan Ratusan Tahun di Pesisir Jakarta
Setelah melewati ruangan terbuka itu, barulah terdapat ruangan tertutup yang digunakan untuk shalat berjemaah.
Sama dengan tampilan luarnya, bagian dalam masjid ini juga sangat minim ornamen khas Timur Tengah.
Hanya ada bingkai lafaz Allah dan Nabi Muhammad SAW yang mengapit mihrab. Sisanya, tak ada tulisan Arab atau pun ornamen khas Timur Tengah yang bisa ditemukan.
Bagian dalam ruangan itu didominasi keramik berwarna cokelat di bagian dinding maupun lantai. Sementara bagian plafonnya berwarna putih yang dihiasi sejumlah lampu gantung.
Baca juga: Masjid Agung Al Jihad di Ciputat, Ikon Azan Maghrib TVRI Tahun 1960-an
Meski masih mempertahankan desain aslinya, Masjid Sunda Kelapa juga tetap melakukan pembaruan sesuai perkembangan zaman.
Ini terlihat dari adanya dua monitor besar yang diletakkan di sisi kiri dan kanan mihrab.
Monitor itu berfungsi memudahkan para jamaah yang berada di bagian belakang untuk melihat imam dan khotib.
Video yang ditampilkan di monitor itu juga sekaligus disiarkan secara live streaming melalui akun YouTube Masjid Agung Sunda Kelapa.
Sudah lebih dari 50 tahun berdiri, Masjid Agung Sunda Kelapa kini tak sekadar jadi tempat ibadah bagi muslim.