Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Thrifting", Napas Baru Pedagang Baju Bekas di Pasar Senen

Kompas.com - 07/06/2021, 18:39 WIB
Djati Waluyo,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -  Berkurangnya pendapatan akibat pandemi membuat tren thrifting menjadi alternatif pemasukan baru bagi para pedagang pakaian bekas di tengah pandemi. 

Thrifting merupakan tindakan membeli barang bekas yang masih layak pakai guna menghemat pengeluaran. Tren ini juga bisa mengurangi limbah tekstil.

Tren thrifting ini pun menjadi napas baru bagi para pedagang di Pasar Senen, Jakarta Pusat yang terus merugi semenjak dua kali kebakaran terjadi.

Untuk menyiasati pembelian di toko yang merosot tajam, apalagi sejak ada pandemi, toko-toko di pasar itu mulai menjajakan produknya lewat online shop.

Baca juga: Mengintip Bisnis Thrift Store, Modal Minim Bisa Raup Omzet Belasan Juta Rupiah

Hal tersebut disampaikan Tedy (31) yang berbisnis pakaian bekas dengan menjaring teman-temannya yang terkena pemutusan hubungan kerja.

"Saya buka ini bantu teman-teman yang pengangguran tapi saya prioritasin mereka berkeluarga tapi enggak punya penghasilan," ujar Tedy kepada Kompas.com, Senin (7/6/2021).

Tumpukan Baju bekas yang baru datang dari Korea Selatan, Senin (7/6/2021)DJATI WALUYO Tumpukan Baju bekas yang baru datang dari Korea Selatan, Senin (7/6/2021)

Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19, salah satu bisnis yang mampu bertahan adalah dengan thrifting ini, lantaran barang yang di jual terjangkau dengan daya beli masyarakat.

"Ini bisnis yang paling bertahan karena daya beli mereka masih sanggup," ucap Tedy.

Baca juga: Cerita Pasukan Biru: Bersihkan Gorong-gorong Sedalam 1,5 Meter hingga Bau Jengkol di Kawasan Mewah

Dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan baju baru, pemuda asal Parung, Bogor ini mengaku tetap mendapat untung. Besarannya, sebut dia, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Alhamdullilah tertutup karena di lapak itu kan universal jadi beda sama online. Kalau cari untung Rp 100.000-Rp 200.000 ketemu lah dapat uang makan dan mengurangi pengangguran," ungkap dia.

Beberapa thrift shop berpartisipasi dalam acara Urban Sneaker Society 2019.KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Beberapa thrift shop berpartisipasi dalam acara Urban Sneaker Society 2019.

Sementara itu, Dimas (21), pemilik salah satu thrift shop juga mengaku pemasukannya meningkat dari karena penjualan online.

"Lebih banyak online karena mungkin kondisi corona mereka duduk manis di rumah barang sampai jadi main ke online, karena orang sekarang ibaratkan jarak Rp 10.000 - Rp. 20.000 mending ke online sama aja ongkos ke Senen segala macam," paparnya.

Jika melihat karakter para pembeli setianya, Dimas berujar pelanggan perempuan lebih mengutamakan kualitas bahan, daripada merk. 

Sementara pelanggan pria lebih selektif dalam memilih produk yang akan dibeli seperti melihat merk yang dijual. 

Baca juga: Mengenal Fenomena Thrift, Upaya Penghematan dengan Beli Pakaian Bekas

"Kalau cowok cari barang yang susah dicari dan bermerk seperti Zara, Tomy Hilfiger, ya merk ke atas. Kualitas untuk cowok itu berbeda dengan cewek kualitas juga berbeda," paparnya.

Dengan munculnya fenomena thrifting yang menjadi bisnis baru bagi masyarakat, membuat pedagang menginginkan agar peraturan yang melarang impor pakaian bekas agar dicabut.

Larangan impor pakaian bekas sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015. Larangan itu juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Dalam beleid itu, impor baju bekas dilarang dengan alasan melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.

"Intinya pemerintah bantu kita supaya harganya bisa kita tekan, terus kalaupun ditarik kita dikenai pajak ya kita bicara dulu bersama-sama pemerintah," ujar salah satu suplier pakaian bekas, Pangaribuan.

Pasalnya, ia melihat bahwa di negara maju sudah ada pasar khusus thrifting ini seperti di Italia, Inggris, dan Belgia. 

Pangaribuan menyebutkan keuntungan yang didapatnya juga cukup banyak selama masa pandemi ini karena fenomena thrifting sedang populer. Peningkatannya yakni 30-50 persen dari harga jual. Dia juga telah menyuplai ke banyak toko pakaian bekas di seluruh Indonesia. 

"Peningkatanya signifikan, 30 persen sampai 50 persen. Yang beli hampir seluruh indonesia dan kirim ke Indonesia timur dan ke Aceh," paparnya.

Ia mengambil pakaian bekas tersebut dari beberapa negara seperti, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Harga jual yang ditawarkan beragam mulai dari Rp 3.000.000 hingga Rp 6.000.000 per bal.

"Ada barang tebal, ada barang tipis tergantung kualitasnya ada grade A, B, C, kemeja atau dress itu paling mahal," kata Pangaribuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com