Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drone Emprit Sebut Masyarakat Dibombardir Berita Negatif, Baik Hoaks maupun Fakta soal Covid-19

Kompas.com - 19/07/2021, 16:39 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak hanya berhadapan dengan pandemi Covid-19, segala informasi sesat alias hoaks dan teori konspirasi berkait Covid-19, juga menjadi permasalahan yang harus dihadapi pemerintah maupun masyatakat Indonesia saat ini.

Tak sedikit kasus pasien Covid-19 yang meninggal dunia akibat menolak mendapat perawatan di rumah sakit atau bahkan menolak menerima vaksin akibat banyaknya informasi negatif terkait hal tersebut.

Founder aplikasi Drone Emprit Ismail Fahmi menilai, hal itu dipengaruhi oleh ketimpangan informasi yang diterima oleh masyarakat.

Kata Fahmi, belakangan ini masyarakat lebih banyak mendapat informasi negatif, baik itu fakta ataupun hoaks, dibandingkan informasi positif tentang Covid-19.

Baca juga: [HOAKS] Potongan Video Berita Kompas TV Bernarasi Vaksin Covid Palsu

"Jadi saya lihat enggak imbang informasi, yang memunculkan hal yang negatif dan hoaks, dibandingkan informasi yang meluruskan tadi. Jadi masyarakat dibombardir dengan informasi negatif baik itu hoaks maupun fakta," kata Fahmi saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/7/2021).

Menurut Fahmi, jangankan hoaks, berita fakta yang terjadi di lapangan pun bisa menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat.

Melimpahnya informasi sesat membuat masyarakat semakin sulit percaya akan bahaya dari virus ini.

"Misalnya potongan video dr Lois, terus potongan video dari media soal ada ini meninggal karena vaksin, ditambah pemuka agama bilang ini (vaksin) untuk mengurangi populasi misalnya," ucap Fahmi.

"Nah kontkesnya beda-beda, tapi disatukan untuk mendukung sebuah cerita bahwa vaksin untuk membunuh manusia, berita yang benar pun bisa jadi bahan yang membuat orang jadi takut, timbah yang salah" lanjutnya.

Baca juga: Ragam Hoaks tentang Covid-19, Chip Dimasukkan ke Vaksin hingga Pasien Di-Covid-kan di Rumah Sakit

Fahmi berpendapat, pemerintah dan media memiliki peran besar untuk mengatasi permasalahan ini.

Ia berharap pemerintah sigap menangkal segala informasi yang salah untuk kemudian disebarkan ke seluruh masyarakat melalui pemberitaan di media.

"Media harus selalu lengkapi, langsung dibarengi dengan penjelasan yang sebenarnya. Kemudian perlu ada gerakan untuk meng-counter video hoaks di WA (WhatsApp), medsos, pemerintah punya tugas, harus disipain kalau ada informasi yang enggak jelas langsung dijelasin," tutur Fahmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com