Puncak gelombang pertama pada Januari 2021 lalu. Ketika itu, rumah sakit (RS) juga perlahan-lahan overkapasitas dan pasien harus mengantre.
Butuh waktu sembilan bulan bagi Depok untuk mencapai puncak pertama Covid-19.
Namun, hanya dibutuhkan waktu sebulan bagi Depok untuk mengalami puncak gelombang kedua Covid-19. Puncak gelombang kedua terjadi pada Juni-Juli 2021.
Baca juga: Depok Menuju PPKM Level 3, Wali Kota: Tenaga Kesehatan Bisa Istirahat
Pada puncak gelombang pertama, jumlah pasien Covid-19 di Depok mencapai 5.011 orang.
Sementara pada puncak gelombang kedua, jumlah pasien Covid-19 di Depok mencapai lebih dari 10.000 orang. Tren perkembangan kasus terus melonjak pesat hingga positivity rate berada di atas 40 persen.
Keterisian ICU bagi pasien Covid-19 di Depok pada Juli mencapai 100 persen lebih. Rumah-rumah sakit di Depok mengalami antrean pasien Covid-19, sebagian pasien mesti menunggu giliran dan dirawat sementara di IGD.
Selain rumah sakit, puskesmas juga mulai kewalahan karena beban kerja berlebih, mulai dari vaksinasi, pengambilan swab, pelacakan kontak erat, sampai memantau pasien isolasi mandiri yang jumlahnya makin banyak dari hari ke hari.
Koalisi Lapor Covid-19 melaporkan, akibat kolapsnya sistem kesehatan, sedikitnya terjadi lima kematian pasien Covid-19 di luar fasilitas kesehatan di Depok selama Juni-Juli, baik pasien yang tengah isolasi mandiri maupun ketika dalam upaya mencari slot kosong di rumah sakit.
Pada puncak gelombang pertama, rata-rata harian kematian terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai lima orang per hari.
Sedangkan pada puncak gelombang kedua, per harinya ada 10 warga Depok meninggal akibat Covid-19.
Kematian riil di lapangan mungkin lebih tinggi karena adanya kematian kasus suspek/probabel yang datanya tak diumumkan pemerintah.
Baca juga: Data Covid-19 Depok Masih Rekonsiliasi, Hari Ini Akan Rilis
Oleh karena itu, Idris meminta masyarakat tidak lengah meski kasus Covid-19 mulai menurun. Dia tetap meminta masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Namun jangan sampai mereka kecolongan lagi, karena warga yang tidak disiplin," ungkap Idris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.