JAKARTA, KOMPAS.com - Hakmat, seorang pengungsi dari Afghanistan yang saat ini menetap di Jakarta, mengaku putus asa di tengah penantiannya untuk dipindahkan secara permanen ke negara ketiga.
Hakmat mengaku sudah terkatung-katung di Jakarta sejak 2013 lalu, ketika Australia menutup pintunya bagi pencari suaka. Sementara Indonesia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB sehingga tak bertanggung jawab atas penempatan pengungsi.
Hakmat tidak sendiri. Ia mengaku, ribuan warga asal Afghanistan bernasib sama seperti dirinya.
“Ribuan pengungsi telah menunggu di sini di Indonesia selama 8-10 tahun untuk dimukimkan kembali,” ujarnya ketika dihubungi, Rabu (25/8/2021).
Baca juga: Curahan Hati Pengungsi Afghanistan yang Gelar Demo di Jakarta: “Kami Putus Asa”
Warga Afghanistan berbondong-bondong meninggalkan tanah air mereka untuk menghindari rezim Taliban yang kejam.
Seorang wartawan Afghanistan, Sazawar Muhammad Musa, mengisahkan bagaimana dirinya menjadi target pembunuhan kelompok Taliban lantaran mengkritik apa yang disebutnya sebagai praktek kekejaman.
Di tahun 2013, ia sempat disekap oleh kelompok militan itu sebelum akhirnya kabur.
“Semua yang aku kenal, teman-teman saya, kabur semua,” ungkap Sazawar. Ia mengakui, masih ada warga yang bertahan.
“Yaitu orang-orang biasa yang tidak kerja dengan pemerintah, walaupun mereka takut juga, tapi mereka tidak punya pilihan,” ujarnya kepada BBC.com.
Baca juga: Ini Penyebab Pengungsi Afghanistan Bertahun-tahun Terdampar di Jakarta
Sejumlah pengungsi asal Afghanistan menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/8/2021) kemarin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.