Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Penyebab Kebakaran Lapas Tangerang, Korsleting atau karena Ada Tindak Pidana

Kompas.com - 09/09/2021, 07:39 WIB
Muhammad Naufal,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kebakaran hebat melanda Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Rabu (8/9/2021) dini hari. Kebakaran itu menyebabkan 41 narapidana (napi) tewas, 8 napi luka berat, dan 72 orang lainnya luka ringan.

Polisi untuk sementara menduga bahwa kebakaran itu disebabkan hubungan pendek arus listrik alias korsleting dan ada dugaan terjadi tindak pidana.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Rika Aprianti menyatakan, kebakaran terjadi sekitar pukul 01.50 WIB. Kebakaran terjadi di Blok C2.

Baca juga: Kebakaran Lapas Tangerang Diduga akibat Korsleting Listrik, Polisi Sebut Ada Kabel yang Terbuka

"Kebakarannya terjadi sekitar pukul 01.50 WIB. Kebakaran bermula dari Blok C Lapas Kelas I Tangerang," kata Rika, Rabu.

Pemadam kebakaran bisa memadamkan api dan mengevakuasi para korban yang tewas ataupun yang selamat setelah kebakaran berlangsung sekitar dua jam.

Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham Reynhard Silitonga menyatakan, lapas tersebut terdiri dari tujuh blok. Bagian lapas yang terbakar adalah Blok C2. Di blok tersebut terdapat ruang aula dan sembilan kamar.

"Jadi di blok inilah terjadi diduga awal hubungan pendek arus listrik (korsleting)," ucap Reynhard, kemarin.

Total narapidana di Blok C2 ada 122 orang, sedangkan total narapidana di lapas tersebut ada 2.072 orang.

41 napi tewas

Kapolda Metro Jaya Irjen M Fadil Imran mengatakan, sebanyak 41 orang tewas dalam peristiwa tersebut. Korban tewas awalnya dibawa ke dua RS di Kota Tangerang, yaitu RSUD Kabupaten Tangerang dan RSUP Sitanala. Namun, kemudian korban tewas dipindahkan ke RS Polri Kramat Jati.

"Kemudian, yang luka berat ada delapan orang. Kemudian, yang luka ringan ada 72 orang. Itu dirawat di poliklinik lapas," sebut Fadil.

Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dikerahkan untuk menyelidiki penyebab kebakaran itu.

Menkumham Yasonna Laoly mengungkapkan, dari 41 napi yang tewas, satu orang merupakan narapidana kasus pembunuhan, satu orang napi terorisme, dan yang lainnya napi kasus narkoba.

Lalu, dari 41 korban tersebut, sebanyak 39 orang warga negara Indonesia (WNI). Dua korban lain merupakan warga negara asing (WNA).

"Ada dua orang WNA. Satu warga negara (WN) Portugal dan satu WN Afrika Selatan," ujar Yasonna.

Yasona menambahkan, tak ada gembong narkoba yang menjadi korban kebakaran tersebut.

Sebanyak 81 napi yang selamat telah dipindahkan ke lokasi lain. Rencananya, 81 napi itu akan dipindahkan ke blok lain. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan, Kemenkumham akan memindahkan mereka ke lapas lain di Provinsi Banten atau di luar provinsi itu.

Bentuk tim

Kemenkumham membentuk lima tim untuk menindaklanjuti peristiwa kebakaran tersebut. Lima tim itu dipimpin Reynhard Silitonga.

Tim pertama adalah tim identifikasi jenazah korban. Tim itu bekerja sama dengan Inafis Polri.

Tim kedua adalah pemulasaraan, pemakaman, dan pengantaran jenazah. Tim tersebut akan bekerja setelah tim satu mengidentifikasi korban.

Tim ketiga membantu pemulihan kondisi psikis keluarga korban. Tim itu akan menemui keluarga korban untuk menyampaikan rasa duka dan hal lain yang diperlukan.

Baca juga: Polisi Periksa 20 Saksi buat Ketahui Penyebab Kebakaran Lapas Tangerang yang Tewaskan 41 Napi

Tim keempat berkoordinasi dengan stakeholder setempat dan tim kelima adalah humas.

Diduga ada tindak pidana

Kepolisian menduga, kebakaran tersebut terjadi karena ada tindak pidana di dalam lapas. Polisi telah memeriksa 20 saksi yang terdiri dari petugas lapas yang piket saat kebakaran terjadi, petugas lapas yang berada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), dan napi selamat yang menempati Blok C2.

Sebanyak 20 orang itu menjalani pemeriksaan di Mapolres Metro Tangerang Kota, Kota Tangerang.

Sejauh ini polisi menyimpulkan,  kebakaran itu bermula dari satu titik api. Polisi menemukan kabel yang terbuka di titik api tersebut. Kesimpulan tersebut berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Kemudian, dari olah TKP, disimpulkan bahwa titik api hanyalah satu, titik api bersumber dari satu titik," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Adi Hidayat.

Api berkobar di atap di balik sebuah plafon. Plafon itu terbuat dari tripleks. Kebakaran menyebar dengan cepat dari titik itu. Titik api tersebut muncul karena ada hubungan pendek arus listrik alias korsleting. 

Atas dugaan tersebut, pihaknya mengumpulkan beberapa kabel, alat listrik, dan saluran instalasi listrik. Semua alat bukti itu akan diperiksa Puslabfor Polri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com