Tarmo tak sanggup membayar uang yang diminta sehingga tembok setinggi dua meter itu dibangun tepat di depan rumahnya.
"Saya mikir dong, akhirnya saya (tawar) bilang Rp 5 juta. Itu pun tidak sekarang, saya akan saya usahakan. Dia enggak mau, maunya Rp 15 juta," kata Tarmo.
"Ya sudah, saya merasa enggak punya kemampuan ke situ kan, saya pilih diam. Tiba-tiba ini hari Jumat kemarin ada tembok (dibangun)," sambungnya.
Baca juga: Akses Rumah Ditutup Tembok, Warga Serua Ciputat Dimbau Tak Protes Berlebihan
Tak hanya Tarmo, warga lainnya bernama Pujiono juga dimintai uang oleh pengembang tersebut.
Namun, Pujiono juga tidak sanggup membayar uang yang diminta karena terlalu mahal.
"Sama, saya juga ditawari, cuma uang dari mana. Penghasilan sehari-hari juga habis buat dapur," ujar Pujiono.
Dari pantauan Kompas.com di lokasi beberapa waktu lalu, tembok tersebut memiliki panjang lebih kurang 30 meter dengan tinggi sekitar dua meter.
Tembok itu berdiri tepat di depan tiga unit rumah warga, termasuk rumah Tarmo dan Pujiono. Akses yang biasa digunakan warga untuk keluar dan masuk tertutup.
Proses pembangunan tembok penghalang tersebut tampak belum rampung sepenuhnya. Sisi temboknya baru dibalut dengan semen dan belum dicat.
Di sekitar lokasi juga masih terdapat tumpukan batu bata, pasir, dan kerikil yang digunakan untuk melanjutan pembangunan.
Di ujung tembok, terdapat jalan setapak yang dibuat untuk pejalanan kaki. Medannya cukup sulit dan sempit untuk dilintasi kendaraan roda dua.
Jalan berupa tanah merah itu dibangun dengan mengeruk dan meratakan tanah di sisa lahan yang berada di antara tembok dan bibir rumah warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.