Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyegelan PAUD Anyelir oleh Pak RW, Lurah: Kedua Pihak Tak Pernah Komunikasi

Kompas.com - 19/11/2021, 21:30 WIB
Muhammad Naufal,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Aksi penyegelan paksa gedung PAUD Anyelir, Pedurenan, Karang Tengah, Kota Tangerang, disebut terjadi karena tidak ada komunikasi antara pihak PAUD dan penyegel.

Imbas penyegelan, murid-murid PAUD Anyelir terpaksa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di luar sekolah pada 17-19 November 2021.

Penyegelan paksa itu dilakukan oleh MAK, Ketua RW 004 Pedurenan.

"Pengurus RW dengan PAUD Anyelir memang selama ini tidak ada komunikasi," papar Lurah Pedurenan Abdurahman saat ditemui usai musyawarah penyelesaian masalah penyegelan PAUD Anyelir yang digelar di kantor Kelurahan Pedurenan, Jumat (19/11/2021).

Baca juga: Ujung Polemik Penyegelan dan Duit Iuran, Ini Kesepakatan Antara Pak RW dan PAUD Anyelir

Dia melanjutkan, berdasarkan hasil musyawarah, MAK dan pihak PAUD Anyelir memang belum pernah berkomunikasi secara langsung untuk membahas persoalan penyegelan itu.

"Mereka tidak pernah duduk bareng, tidak pernah saling ketemu ya," sebutnya.

Abdurahman menyatakan, murid-murid PAUD Anyelir sudah dapat menjalani PTM terbatas di dalam gedung itu per Senin pekan depan.

"(Per Senin pekan depan) sudah bisa sekolah, bisa," ucap dia.

Baca juga: Isi Pesan Pak RW Minta Duit Iuran ke PAUD Anyelir: Biaya Sewa Rp 750.000 Per Bulan

Pengelola PAUD Anyelir mengungkapkan hasil musyawarah atas penyegelan paksa yang dilakukan MAK terhadap gedung sekolah tersebut.

Pendiri PAUD Anyelir, Yeti, berujar, berdasarkan hasil musyawarah, pihaknya harus menambah struktur organisasi di Posyandu Anyelir.

Sebagaimana diketahui, PAUD Anyelir didirikan di gedung Posyandu Anyelir.

Hasil musyawarah, struktur Posyandu Anyelir harus ditambah dengan seksi pendidikan yang nantinya akan mengurus soal PAUD Anyelir.

Baca juga: Pak RW Akan Buka Segel Gedung PAUD Anyelir asal Bisa Jadi Kantornya hingga Lumbung Pangan

"Tadi dibilang di posyandu itu harus ada satu orang menjadi seksi pendidikan, karena sekarang belum ada," tutur Yeti usai musyawarah.

"Jadi seksi pendidikan di kepengurusan posyandu yang baru itu, yang akan berintegerasi dengan kita nanti," sambung dia.

Yeti mengatakan, pihaknya sangat berharap bahwa pembelajaran di sana dapat kembali digelar seperti sebelum terjadi penyegelan paksa itu.

"Kami menginginkan sistem pembelajaran tetap berjalan di gedung posyandu, seperti dulu-dulu itu kan emang enggak pernah ada masalah. Nah kami ingin seperti dulu lagi," papar Yeti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com