JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpesan agar warga menghindari sikap "able-ism", perasaan dan cara pandang yang membuat seseorang merasa seolah memiliki kelebihan di atas para penyandang disabilitas.
Hal itu ia sampaikan bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional.
“Kita harus hindari ableism, perasaan bahwa semua itu memiliki kelebihan di atas penyandang disabilitas," kata Anies saat meluncurkan fasilitas layanan digital yang ramah penyandang disabilitas bernama DINA (Digital Intelligent Assistant) di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jumat (3/12/2021), dikutip keterangan resmi Pemprov DKI.
Baca juga: Anies Tak Restui Reuni 212 di Patung Kuda, Demi Pencitraan untuk Pilpres?
Isu soal disabilitas dan ableism sempat mengemuka menyusul kontroversi Menteri Sosial Tri Rismaharini yang memaksa orang tuli untuk bicara, di depan banyak orang saat peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021.
Tindakan Risma ini kemudian mendapat kritik dari salah satu penyandang tuli bernama Stefan.
Stefan mengatakan, bahasa isyarat sangat penting bagi penyandang tuli.
"Ibu, saya harap sudah mengetahui tentang CRPD bahwasannya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar, tetapi tidak untuk dipaksa berbicara," kata Stefan.
Dikutip BBC Indonesia, ableism atau diterjemahkan abilisme, dapat berupa macam-macam, dan bisa berakar dari kesalahpahaman atau bahkan niat baik.
Baca juga: Bantah Diskriminasi Reuni 212, Polisi: Tanya Gubernur Anies, Kenapa Enggak Keluarkan Rekomendasi
Pembangunan yang tidak inklusif bagi penyandang disabilitas, misalnya bangunan yang hanya memiliki tangga tanpa jalur kursi roda, bisa disebut masuk kategori ini.
Begitu pula dengan asumsi-asumsi mengenai "apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan oleh seorang penyandang disabilitas".
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.