Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Reklamasi hingga Eksploitasi Pesisir Jakarta Berujung pada Tangisan Warga Terdampak Banjir Rob

Kompas.com - 07/12/2021, 15:02 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir rob dengan ketinggian satu meter atau lebih menggenangi permukiman warga di pesisir utara Jakarta sejak Sabtu (4/12/2021).

Isni (70), warga di Jalan Lodan RW 08, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara, bahkan mengaku banjir yang terjadi pada Selasa (7/12/2021) pagi merupakan yang terparah dalam beberapa hari terakhir.

“Kemarin enggak setinggi ini. Ini parah. Satu lemari udah hanyut, ngambang semua,” ujar Isni meratapi barang-barangnya yang sudah hanyut atau rusak karena terendam banjir.

Saat Kompas.com menyambangi kediamannya, Isni sedang sibuk memindahkan tumpukan pakaian yang basah ke dalam ember.

“Ya Allah kenapa sih sampai begini. Habis semua, air udah ke kasur, enggak ada yang bisa diselametin,” kata Isni dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Warga Pasang Tali Pegangan di Jalan Lodan agar Tak Terseret Arus Banjir Rob Saat Berjalan

Menurut petugas kelurahan setempat, semua rumah di RW 08 dipastikan terendam banjir rob. Sejumlah warga terdampak sudah dievakuasi ke lokasi pengungsian.

Sebelumnya, Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok Jakarta Utara telah mengeluarkan peringatan bagi warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta.

Mereka diminta mewaspadai banjir rob yang disebabkan pasang air laut selama lebih kurang sepekan, mulai dari tanggal 2 hingga 9 Desember 2021.

Apa itu banjir rob dan penyebabnya?

Banjir rob, berdasarkan situs disaster.geo.ugm.ac.id, terjadi akibat adanya kenaikan air laut yang disebabkan oleh pasang surut air laut.

Banjir rob juga dapat disebabkan oleh faktor tenaga eksternal lain, seperti dorongan air, angin, badai, serta pencairan es kutub yang dipicu pemanasan global.

Baca juga: Lalin di Jalan Lodan Raya Terputus akibat Banjir Rob, Pengendara Diarahkan ke Jalur Alternatif

Selain itu, banjir rob juga dapat diperparah dengan adanya ekploitasi kawasan pesisir pantai, misalnya pemompaan air tanah yang berlebihan dan reklamasi.

“Ekploitasi lahan pesisir oleh manusia menyebabkan penurunan muka air tanah sehingga memicu amblesnya permukaan tanah dan intrusi air laut,” tulis situs tersebut mengutip Asdak (1995).

Peneliti geodesi dan geomatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas secara gamblang mengatakan bahwa banjir rob dan ancaman tenggelamnya wilayah pesisir lebih banyak disebabkan ulah manusia.

“Ini bukan bencana alam atau natural disater, tapi man-made disaster,” ujarnya pada 2020 kepada BBC.com.

Baca juga: Banjir Rob Kembali Terjang Lodan Ancol, Warga: Ya Allah, Kenapa Bisa Sampai Begini...

Salah satu ulah manusia yang memperparah banjir rob di Jakarta adalah proyek reklamasi di pesisir Ibu Kota.

Pakar kelautan dari ITB Muslim Muin mengatakan bahwa reklamasi akan menghalangi aliran sungai di Jakarta sehingga memperparah sedimentasi (pengendapan material yang terbawa air).

Imbasnya, endapan akibat sedimentasi akan menutup aliran sungai dan memperburuk banjir di Jakarta.

“Dengan reklamasi, laju air yang berasal dari darat akan tertahan. Ada pukau reklamasi yang menghalangi aliran sungai,” tegas Muslim dalam sebuah diskusi tahun 2017.

(Penulis : Ira Gita Natalia Sembiring, Dani Prabowo/ Editor : Sandro Gatra, Hilda B Alexander)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com