UBA sudah lima kali mencabuli korban dengan aneka modus, mulai dari iming-iming membelikan mukena, memberi uang, bahkan mengancam korban.
"Yang pertama diiiming-imingi, 'Kamu sudah beli mukena atau belum, nanti saya beliin dah sama saya kasih duit Rp 400.000 buat jajan'," kata Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Setu Iptu Kukuh Setio Utomo menirukan ucapan pelaku kepada korban, 17 Mei 2021.
Baca juga: Guru di Bekasi Cabuli Muridnya di Tempat Ibadah, Polisi: Pelaku 5 Kali Beraksi
"Saat eksekusi, dulunya juga pernah diancam, 'Kalau kamu enggak mau begini, melayani saya, ya sudah saya tinggalkan kamu, saya pulang kampung ke Tasik. Kamu urusin saja murid-murid saya yang pada ngaji, kamu yang ngurusin biar kamu tahu'," kata Kukuh.
Dari lima aksi bejat yang dilakukan pelaku, empat kali UBA mencabuli korban di ruangan marbot masjid, satu pemerkosaan terjadi di kebun.
Pelaku ditangkap polisi pada 12 Mei 2021, beberapa jam setelah terakhir kali mencabuli korban.
Sesaat sebelum peristiwa pada hari itu itu, UBA mengintimidasi korban melalui WhatsApp. Korban yang kenal dengan tersangka selama satu tahun terakhir terpaksa menurut.
Sosiolog Universitas Airlangga Bagong Suyanto berpandangan, kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh guru ataupun pemuka agama sulit terungkap.
Salah satu faktor penyebabnya adalah posisi pemuka agama yang begitu disakralkan dan dihormati di tengah masyarakat.
"Jadi posisi pemuka agama yang disakralkan itu membuat orang tidak curiga. Mereka kan sosok-sosok yang dihormati," ujar Suyanto kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Kondisi tersebut, kata Suyanto, membuat masyarakat menutup mata terhadap kemungkinan atau potensi kekerasan seksual yang dilakukan oleh pemuka agama.
Kebanyakan masyarakat berpandangan bahwa pemuka agama tidak mungkin melakukan tindak kekerasan seksual.
Oknum-oknum pemuka agama yang tidak bertanggung jawab kemudian memanfaatkan kondisi tersebut untuk menutupi perbuatannya.
"Itu membuat mereka (pelaku) aman bertahun-tahun," ungkap Suyanto.
"(Status sosialnya sebagai sosok yang dihormati) menjadi kamuflase untuk menutupi perilakunya."
Status pemuka agama yang ditinggikan bahkan mampu membuat seorang pemuka agama terbebas dari kejahatannya.
Bukan tidak mungkin oknum tersebut kembali melakukan kejahatannya karena pembiaran tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.