Hal lain yang dipertanyakan keluarga adalah adanya mobil patroli polisi dalam iring-iringan pengejaran korban tersebut.
"Ketika sampai di perempatan Pulokambing, mobil polisi itu melakukan tembakan gas air mata sehingga mungkin karena itu mobil (korban) berhenti dan saat itulah almarhum ditarik, dikeroyok sampai meninggal dunia," ujar dia.
Oleh karena itu, pihaknya pun berharap agar keberadaan polisi dalam peristiwa itu juga turut diusut.
Baca juga: Ini Provokator yang Teriak Maling, Berujung pada Pengeroyokan Kakek 89 Tahun hingga Tewas di Cakung
Sebab pihaknya tidak habis pikir adanya kejadian brutal yang mengakibatkan nyawa melayang di hadapan mereka.
"Kami berharap ini bisa diusut, kenapa bisa terjadi hal demikian. apakah ini kesalahan prosedur atau apa," ucap dia.
Melalui kuasa hukumnya pula, keluarga menceritakan bahwa sebelum kejadian, Wiyanto Halim pergi seorang diri tanpa diketahui tujuannya.
Freddy mengatakan, mendiang sebenarnya memiliki sopir untuk mengantarnya bepergian. Wiyono tidak pernah keluar sendiri, apalagi pada malam hari.
Namun, pada hari itu, Wiyanto pergi seorang diri karena sopirnya tengah cuti bekerja.
"Sepemahaman kami, almarhum tidak pernah keluar malam karena usianya sudah 89 tahun dan beliau punya sopir. Hari itu sopir beliau cuti, tidak masuk kerja," kata Freddy.
Baca juga: Menahan Tangis, Anak Kakek 89 Tahun yang Dikeroyok: Saya Tak Terima Papa Meninggal Mengenaskan
Freddy mengatakan, pada sore hari sebelum kejadian, Wiyanto pergi dari rumahnya di kawasan Jakarta Selatan dengan membawa mobil.
Tidak ada yang mengetahui tujuan kepergiannya saat itu. Wiyanto tidak kembali ke rumah hingga malam tiba.
"Pihak keluarga menanyakan, ini ke mana? Bingung saling telepon mencari keberadaan beliau. Baru pagi-pagi, dari Polres Jakarta Timur menelepon, menyatakan bahwa almarhum sudah ada di RSCM dan sudah meninggal dunia," kata dia.
Freddy mengatakan, seringkali tanpa sepengetahuan keluarga, Wiyanto Halim membawa mobilnya sendiri apabila sedang tidak ada sopir.
Keluarga juga sudah sering mengingatkan untuk tidak bepergian sendiri.
Baca juga: Keluarga Duga Pengeroyokan Kakek 89 Tahun di Cakung Tidak Spontan
"Tanpa sepengetahuan kami dia bawa mobil. Keluarga memang sudah sering mengingatkan, tapi tanpa sepengetahuan keluarga dia sering bawa sendiri ketika sopir tidak ada," kata Freddy.
Keluarga Wiyanto Halim pun meminta keadilan atas kejadian tersebut.
Anak korban, Bryna, mengaku tak terima sang ayah meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Dengan suara bergetar menahan tangis, Bryna menyampaikan hal tersebut di hadapan awak media.
"Saya dari keluarga tidak menerima papa meninggal dalam keadaan mengenaskan kayak gini. Kami minta keadilan," ujar Bryna.