Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Pernah Dapat Pasokan sejak 1980, Warga Muara Angke Minta Layanan Air Bersih

Kompas.com - 23/02/2022, 10:01 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan air di Jakarta Utara tak ada habisnya. Beberapa waktu ke belakang sejumlah wilayah mengalami krisis air karena jaringan terganggu, kali ini wilayah lainnya meminta layanan air bersih karena belum mendapatkannya sejak puluhan tahun.

Sekitar 20 warga Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mendatangi Balai Kota DKI Jakarta sambil membawa jeriken kosong, Selasa (22/2/2022).

Sambil berteriak "air-air", mereka meminta Pemprov DKI Jakarta memberikan layanan air minum di kampung mereka.

Kedatangan mereka juga bertujuan untuk memberikan surat kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca juga: Bawa Jeriken Kosong, Puluhan Warga Muara Angke Kirim Surat ke Anies Minta Layanan Air

Dalam surat itu, mereka menyampaikan bahwa wilayah kampung Blok Limbah, Blok Eceng, dan Blok Empang di Kelurahan Pluit belum mendapat layanan air sejak 1980-an.

"Sejak pertama kali kampung bertumbuh hingga sekarang belum pernah ada layanan air minum dari Pemprov DKI Jakarta kecuali satu titik kios air yang dibangun tahun 2020 di Kampung Blok Eceng, tapi itu pun dioperasikan komersial," ujar perwakilan warga, Muslimin, membacakan isi surat.

Muslimin mengatakan, selama ini warga di tiga kampung tersebut mengonsumsi air minum dengan cara membeli air isi ulang galon dan air kemasan botol.

Harga air minum kemasan isi 18 liter adalah Rp 6.000 per galon dan air minum kemasan botol Rp 4.000 per botol ukuran 1,5 liter.

Oleh karena itu, melalui tiga koperasi di kampung tersebut, pihaknya memohon agar PAM Jaya dapat melayani suplai air minum menggunakan kios air sebanyak 293.208 liter per hari untuk kebutuhan 4.968 jiwa dari 1.286 keluarga.

Kemudian, pihaknya juga meminta agar kios air tersebut dipasang, dikelola, dan didistribusikan koperasi masing-masing kampung sebagai badan hukum masyarakat setempat.

"Pemberlakuan tarif air sesuai Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2021 untuk golongan rumah tangga sangat sederhana yaitu Rp 1.575 per meter kubik," kata Muslimin.

"Pelayanan kios air bagi warga dimaksudkan sebagai layanan sementara sambil dilakukan perencanaan untuk layanan melalui instalasi perpipaan," ujar dia.

Saat ini, terdapat 368 warga yang tinggal di Blok Limbah, 678 jiwa di Blok Eceng, dan 3.922 jiwa di Blok Empang.

Beli air Rp 400.000 per bulan atau tunggu hujan

Nurweni (33), warga Blok Eceng RT 012 RW 022 Muara Angke, mengatakan bahwa dirinya harus mengeluarkan Rp 400.000 per bulan hanya untuk membayar air bersih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com