Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2022, 13:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan Nurhayati (57) pagi ini masih sama seperti kemarin. Ia terbangun di antara puluhan manusia malang yang harus kehilangan harta bendanya pada Kamis (24/3/2022) malam.

Langkah-langkah pertamanya keluar dari tenda pengungsian itu terasa berat. Matanya mengarah tepat ke seberang Kali Inspeksi Grogol, Kemanggisan, Jakarta Barat.

Sebuah mushala berdiri tegap di sana. Namun, bukan itu yang ia lihat. Ia sedang melihat rumahnya yang berada di balik mushala.

Baca juga: 77 Warga Kemanggisan Mengungsi Imbas Kebakaran

Rumah itu tak terlihat. Bukan karena tertutup bangunan mushala, tetapi rumah yang sudah ditempatinya selama 40 tahun tersebut kini nyaris rata dengan tanah.

Berjalan puluhan langkah, Nurhayati pun tiba di garis polisi. Batas yang kemarin tak dibolehkan untuk dilintasi.

Menuruni beberapa anak tangga itu pun rasanya semakin berat.

Namun, mencari celah pijakan di antara puing-puing kebakaran saat ini, tidak lebih sulit dari mencari jalan keluar di malam itu.

"Api tiba-tiba membakar semuanya. Saat pertama melihat api, saya pikir masih sempat selamatkan barang-barang. Tapi kata suami dan anak, ikhlaskan. Nyawa harus yang pertama," kenang Nurhayati dengan pahit.

Baca juga: Cerita Korban Kebakaran Kemanggisan Selamatkan Diri: Bopong Lansia yang Menyerah hingga Seberangi Sungai

Kini, ia berencana menegok harta benda yang ia tinggalkan malam itu.

Langkahnya terhenti di depan sebuah bangunan yang hangus terbakar.

Puing-puing itu masih bisa ia kenali sebagai rumahnya. Dibandingkan 22 rumah lainnya yang hampir rata dengan tanah, sedikit tembok batako terlihat masih menandai rumahnya.

Lahan itu ia kontrak, tetapi bangunan itu dibangunnya sendiri. Ia merasa sangat mengenali setiap inchi bangunan itu.

Namun yang paling mudah dikenalinya, sebuah kotak besi yang terlihat di bagian depannya. Seakan memberi tanda bahwa ini lah tujuannya.

Baca juga: Ketika Puluhan Kontrakan di Kemanggisan Terbakar, Api Diduga Berasal dari Gas Meledak

Kotak itu terlihat seperti sebuah oven atau alat panggang yang ia punya. Kata Nurhayati, oven itu salah satu dari tiga oven yang ia punya.

Ia tak banyak berbicara banyak. Dengan tatapan lara, langkah pertama Nurhayati masuk ke rumahnya pun dilakukan dengan hati-hati.

Ia melihat satu persatu benda-benda yang sudah gosong dan hancur.

Perlahan-lahan tangannya menggapai beberapa benda. Beberapa panci dan penggorengan yang sedikit penyok pun dijamahnya.

Bagi orang lain yang melihat, benda-benda itu mungkin hanya puing dan rongsok. Namun bagi Nurhayati, itu harta yang bisa ia pertahankan kembali.

Baca juga: Kebakaran Rumah Kontrakan di Kemanggisan, Warga: Saya Lihat Api dari Depan, Lalu Merembet ke Mana-mana...

Sebab, bersama alat masak itu, ia berjuang mencari nafkah. Ia merupakan seorang juru masak di bisnis katering sederhananya.

"Saya masak, buka katering. Saya biasa jual kue, kacang, dan makanan-makanan lain. Ini alat-alat masak saya," kata Nurhayati.

Sebelum kebakaran terjadi, ia tengah menyiapkan pesanan 250 kue nastar yang dipesan secara dadakan oleh pelanggan.

Pesanan itu dipersiapkan untuk lebaran. Ia memang terbiasa kebanjiran pesanan menjelang Ramadhan.

Jika pesanan itu tidak mendadak, kata dia, biasanya ia sudah menyelesaikan pesanan-pesanan tersebut.

Baca juga: Puluhan Kontrakan di Kemanggisan Terbakar, 3 Warga Sesak Napas Dievakuasi

"Saya baru mau bikin pesanan itu. Sekarang habis semua, bahan-bahan makanan berkilo-kilo (kilogram) itu habis semua," ungkap Nurhayati.

Ia menyebutkan, setidaknya ia harus merelakan harta bendanya yang ditaksir senilai Rp 15 juta.

"Sedih rasanya, tapi bersyukur karena masih dikasih selamat, anak dan kekuarga sehat," kata Nurhayati sembari melangkah ke luar rumah.

Selayaknya doa yang tak putus ia panjatkan, ia percaya, Tuhan akan membawa keluarga ke jalan terbaik setelah musibah ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

PT LRT Jakarta Bakal Cek Penyebab Banjir di Sekitar Stasiun Velodrome

PT LRT Jakarta Bakal Cek Penyebab Banjir di Sekitar Stasiun Velodrome

Megapolitan
Luhut Sesumbar Lebih Kuat dari Kuasa Hukum Haris-Fatia

Luhut Sesumbar Lebih Kuat dari Kuasa Hukum Haris-Fatia

Megapolitan
Keresahan Tukang Mi Ayam Gang Mayong, Takut Jadi Korban Salah Sasaran Tawuran

Keresahan Tukang Mi Ayam Gang Mayong, Takut Jadi Korban Salah Sasaran Tawuran

Megapolitan
Evakuasi Pria Obesitas Berbobot 300 Kg, Petugas Butuh Waktu 2 Jam

Evakuasi Pria Obesitas Berbobot 300 Kg, Petugas Butuh Waktu 2 Jam

Megapolitan
Haris Azhar Mengaku Dapat Banyak Ejekan Buntut Pernyataan Luhut soal Minta Saham

Haris Azhar Mengaku Dapat Banyak Ejekan Buntut Pernyataan Luhut soal Minta Saham

Megapolitan
Pomdam Jaya Benarkan Penusuk Pria hingga Tewas di Senen adalah Anggota TNI AD

Pomdam Jaya Benarkan Penusuk Pria hingga Tewas di Senen adalah Anggota TNI AD

Megapolitan
Sebut Luhut Main Bisnis Tambang di Papua, Haris Azhar: Hasil Riset 9 Organisasi

Sebut Luhut Main Bisnis Tambang di Papua, Haris Azhar: Hasil Riset 9 Organisasi

Megapolitan
Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Bukan untuk Penumpang, Heru Budi: Kan Masih Ada Damri

Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Bukan untuk Penumpang, Heru Budi: Kan Masih Ada Damri

Megapolitan
Satpol PP Akan Bongkar Tower BTS Tak Berizin yang Berdiri di Permukiman Warga Kebon Jeruk

Satpol PP Akan Bongkar Tower BTS Tak Berizin yang Berdiri di Permukiman Warga Kebon Jeruk

Megapolitan
Warga Rawa Badak Utara Bayar Rp 20.000  ke Tetangga atau Urunan Bensin demi Air Bersih

Warga Rawa Badak Utara Bayar Rp 20.000 ke Tetangga atau Urunan Bensin demi Air Bersih

Megapolitan
GPS Dicabut, Polisi Kesulitan Cari Mobil yang Dibawa Kabur Si Kembar

GPS Dicabut, Polisi Kesulitan Cari Mobil yang Dibawa Kabur Si Kembar

Megapolitan
Cerita Tukang Mi Ayam di Gang Mayong: Lokasinya Strategis, Ternyata Rawan Tawuran

Cerita Tukang Mi Ayam di Gang Mayong: Lokasinya Strategis, Ternyata Rawan Tawuran

Megapolitan
Saat Hakim Minta Haris Azhar Bersalaman dengan Luhut...

Saat Hakim Minta Haris Azhar Bersalaman dengan Luhut...

Megapolitan
Si Kembar Bawa Kabur Mobil Rental Sejak 6 Bulan Lalu

Si Kembar Bawa Kabur Mobil Rental Sejak 6 Bulan Lalu

Megapolitan
Kawasan Industri di Wilayah Penyangga Perburuk Kualitas Udara Jakarta

Kawasan Industri di Wilayah Penyangga Perburuk Kualitas Udara Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com