JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik diisukan keluar dari Partai Gerindra. Namun isu tersebut langsung ia bantah. Dia memastikan masih berstatus politisi Gerindra.
"Belum (keluar dari partai Gerindra). Sampai sekarang saya masih Wakil Ketua DPRD nih," kata Taufik saat dihubungi melalui telepon, Rabu (30/3/2022).
Taufik juga membantah isu bahwa dia pindah dari partai Gerindra ke Nasdem. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga menegaskan, politikus senior Gerindra M Taufik tidak keluar dari partai Gerindra.
Baca juga: M Taufik Bantah Isu Dirinya Keluar dari Partai Gerindra
Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga sekaligus membantah isu Taufik yang pindah ke partai Nasdem.
"Enggak ada, saya pernah bicara (dengan Taufik), pak Taufik tidak keluar dari Partai Gerindra ya," kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (30/3/2022).
"Tidak ada (pindah ke Nasdem juga) ya," imbuh Riza.
Riza juga menegaskan, DPD Gerindra DKI Jakarta tidak menerima surat apapun terkait pemecatan ataupun pengunduran diri Taufik.
Taufik disebut masih aktif menjadi tokoh politik di Partai Gerindra DKI Jakarta. Riza bahkan menyebut M Taufik adalah pendiri partai Gerindra DKI Jakarta yang memiliki jasa besar.
"(M Taufik) bersama-sama partai Gerindra di DKI Jakarta sejak awal," tutur dia.
Adapun Taufik merupakan dedengkot di DPD Gerindra DKI. Ia telah memimpin DPD Gerindra DKI selama 12 tahun, tepatnya sejak 2008 hingga 2020.
Baca juga: Ketua DPD DKI Gerindra Tegaskan M Taufik Tidak Keluar dari Partai
Kepemimpinan Taufik di Gerindra baru tergantikan pada 2020 dan beralih ke Ahmad Riza Patria yang kini juga menjabat Wakil Gubernur DKI.
Riza mengatakan Taufik merupakan tokoh Gerindra di Jakarta yang tak tergantikan. Selama kurang lebih 12 tahun kepemimpinannya di DPD Gerindra Jakarta, Taufik telah membawa partai besutan Prabowo Subianto itu menjadi partai yang cukup disegani di Jakarta.
Sebabnya, di bawah kepemimpinan Taufik, Gerindra selalu berada di posisi kedua dalam perolehan suara untuk DPRD DKI Jakarta di Pileg 2014 dan 2019.
Di bawah kepemimpinan Taufik, Gerindra juga sukses mengantarkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 2012 dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada 2017 menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Meski berhasil mengantarkan Ahok ke kursi pimpinan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Taufik pula yang kemudian menjadi oposisi sejati.
Baca juga: M Taufik Ungkap Kans Riza Patria-Airin Jadi Pasangan di Pilkada DKI 2024
Taufik menjadi salah satu orang yang paling getol mengkonfrontasi Ahok saat mantan Bupati Belitung Timur itu akan menduduki kursi nomor satu di DKI usai Jokowi maju sebagai calon presiden di Pilpres 2014.
Perseteruan dia dan Ahok bermula saat Taufik mengatakan mantan Bupati Belitung Timur itu tak bisa menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi.
Sebabnya, menurut Taufik, Pasal 173 Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Pemilihan Kepala Daerah menyebutkan gubernur dipilih oleh anggota DPRD.
Berbeda dengan Taufik, Ahok mengatakan dirinya otomatis menjadi gubernur setelah Jokowi mundur. Aturan itu termaktub dalam Pasal 203 Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Pemilihan Kepala Daerah.
Kendati demikian, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Ahok tetap menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi.
Baca juga: M Taufik Sebut Pembebasan Lahan untuk Normalisasi Sungai Terkendala Keinginan Pemilik Naikkan Harga
Kemudian, Taufik juga sempat mempermasalahkan Ahok yang kembali bertugas sebagai Gubernur DKI saat berstatus tersangka kasus penistaan agama.
Taufik selaku Wakil Ketua DPRD megancam tak akan bersedia menghadiri rapat bersama Pemprov DKI lantaran sang gubernur menyandang status tersangka.
Selain itu, Taufik juga dikenal sebagai sosok yang paling depan dalam memperjuangkan pasangan Anies-Sandi di Pilkada DKI.
Setelah Anies terpilih pun Taufik kerap pasang badan membela berbagai kebijakan Anies. Salah satu kebijakan Anies yang banyak mendapat kritik namun dibela oleh Taufik ialah pelaksanaan Formula E.
Saat anggaran pembangunan sirkuit Formula E di Ancil, Jakarta Utara, membengkak, Taufik langsung menjawab kritik tersebut.
Ia mengatakan masyarakat tidak perlu berdebat terkait pembengkakan anggaran pembangunan sirkuit Formula E karena tidak menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta.
"Itu udah (dibangun) bukan dana DKI, kenapa kita jadi ribet," kata Taufik saat dihubungi melalui telepon, Selasa (8/3/2022).
Menurutnya, sirkuit Formula E tersebut dibangun dengan mekanisme business to business antara PT Jakarta Propertindo dengan PT Jaya Konstruksi.
Politikus Partai Gerindra ini juga mengatakan bahwa pihak yang mengkritik pembangunan sirkuit tersebut seharusnya memberi apresiasi atas pembangunan yang kini sedang berjalan.
"Ini kan barang sudah mau selesai, ya kan? Sirkuitnya udah mau selesai, kita sama-sama berdoa, ayo supaya bisa terselenggara dengan baik," ucap Taufik.
Dia juga menilai, kenaikan anggaran yang terjadi sudah sesuai dengan proses administrasi yang ada. Menurut Taufik, sudah waktunya para pengkritik penyelenggaraan Formula E mendukung gelaran balap mobil listrik tersebut.
"Kemarin kan katanya nggak bakalan selesai, giliran cepat dibilang kecepatan. Mau selesai ribet lagi, udah saran saya sebagai warga Jakarta doakan saja, ini kebanggaan masyarakat Jakarta," kata Taufik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.