Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Warga Pancoran Buntu II, Rela Pindah Usai Lihat Bukti Kepemilikan Lahan Pertamina

Kompas.com - 31/03/2022, 21:47 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria bernama Didik menjadi salah satu warga yang telah meninggalkan lahan di Pancoran Buntu II, Jakarta Selatan.

Untuk dikatahui, kawasan Pancoran Buntu II itu menjadi sengketa antara Pertamina selaku pemilik lahan dengan warga yang tinggal di sana.

Didik rela meninggalkan Pancoran Buntu II setelah sempat membandingkan surat sebagai bukti kepemilikan lahan yang dikeluarkan oleh Pertamina dan seorang yang mengaku ahli waris.

Baca juga: Sengketa Lahan di Pancoran Buntu II, Warga Disebut Sudah Tinggal sejak 1980-an

Terlebih saat itu Didik masih berstatus sebagai sekretaris RT di kawasan tersebut.

"Pertamina masuk ada bukti-bukti segala macam. Terus saya bandingkan dengan ahli waris yang selama ini katanya yang punya, tapi ternyata tidak," ujar Didik saat dihubungi, Kamis (31/3/2022).

Selain itu, Didik juga mengaku sempat mendapatkan masukan dari warga yang lebih dahulu menetap soal status lahan di Pancoran Buntu II.

"Sebelum Pertamina masuk, orang-orang tua dulu di sana pernah ngomong ke saya, 'Dik suatu saat ada pengosongan, udah kamu ikhlas aja'. Akhirnya saya dengan ikhlas pergi dari situ," kata Didik.

Sebelumnya, Didik menceritakan, warga telah menduduki lahan di Pancoran Buntu II itu diperkirakan sejak tahun 1980-an.

Baca juga: Polemik Sengketa Lahan di Pancoran Buntu II, 23 Warga Disebut Masih Bertahan

Didik menginjakan kaki pertama kali di Pancoran Buntu II pada tahun 1989. Menurut dia, sudah ada sekitar 27 rumah yang berdiri.

"Awalnya saya masuk ke situ belum banyak orang. Tahun 1988-1989 di bawah itu masih lahan kosong. Cuma sudah ada 27 rumah di situ," kata Didik.

Didik mengaku, saat pertama kali tinggal di Pancoran Buntu II, plang tulisan yang menandakan lahan tersebut milik PT Pertamina sudah ada.

Namun, kata Didik, ada salah satu warga yang mengaku dipercaya ahli waris meyakinkan masyarakat lain untuk dapat tinggal di kawasan tersebut.

"Ada salah satu yang dipercaya ahli waris untuk mengelola di situ. Dia bilang bahwasanya lahan itu bukan milik Pertamina," kata Didik.

Baca juga: Polemik Sengketa Lahan dengan Pertamina, Warga Pancoran Buntu II Diimbau Bongkar Bangunan Mandiri

Didik mengatakan, biaya untuk mengontrak lahan di Pancoran Buntu 2 sampai dengan Rp 7 juta dalam satu tahun. Nominal itu menyesuaikan besaran lahan yang akan dibangun.

"Iya betul (harganya menyesuaikan lapak dibangun). Mulai ramai warga itu tahun 2008-2009. Jadi lapak-lapak pemulung," kata Didik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Megapolitan
Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Megapolitan
Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com