Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JPO Pinisi Sudirman, Tempat Alternatif Ngabuburit untuk Melepas Penat Usai Bekerja

Kompas.com - 18/04/2022, 10:09 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

"JPO dan JPS (jembatan penyebrangan sepeda) ini kemudian menjadi satu tempat untuk mengekspresikan rasa hormat kita, penghargaan kita kepada para tenaga medis yang telah menjadi pertahanan terakhir kita untuk menyelamatkan sesama. Sebagian dari mereka telah berpulang, dan nama-nama mereka dipatri permanen di tempat ini sebagai bentuk penghargaan," kata Anies saat meresmikan JPO tersebut, 10 Maret 2022.

Baca juga: Epidemiolog: Kalau Setelah Mudik Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19, Tandanya Kita Lulus Ujian

Sejarah kapal pinisi

Kapal pinisi dan Jakarta adalah dua hal yang bertalian. Dulu, sebelum disebut sebagai Jakarta bahkan Batavia, kawasan rawa yang kini menjadi Ibu Kota pernah bernama Sunda Kelapa.

Pelabuhan terbesar yang menjadi tulang punggung ekonomi tanah Sunda ini terekam sejarah saat Pelabuhan Sunda Kelapa ramai oleh aktivitas perdagangan.

Kompas.com mencatat, perahu pinisi adalah kapal yang mengangkut barang seperti bahan bangunan, perkakas rumah tangga, dan kebutuhan pokok, serta menjadi transportasi andalan untuk menggerakkan roda ekonomi Pelabuhan Sunda Kelapa sejak abad 15 masehi.

Kapal pinisi pertama kali dibuat oleh Suku Bugis dan Suku Makassar di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Kedua suku itu dikenal sebagai pelaut yang tangguh dan mulai membuat kapal pinisi sejak abad ke-14.

JPO Pinisi tampak dari arah barat trotoar kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (15/4/2022).KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO JPO Pinisi tampak dari arah barat trotoar kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (15/4/2022).
Jejak sejarah mereka tertuang dalam naskah lontar I La Galigo yang tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Dalam naskah tersebut diceritakan bahwa kapal pinisi pertama kali dibuat oleh Putra Mahkota Kerajaan Luwu, Saweridaging.

Sang Putra Mahkota disebut membuat kapal pinisi untuk berlayar ke negeri China untuk keperluan mencari seorang permaisuri.

Namun, ketika hendak pulang memboyong putri rupawan asal China, kapal Putra Mahkota terbelah menjadi tiga dan terdampar di Desa Ara, Tanah Lemo, dan Bira.

Baca juga: Vaksin Booster di Jabodetabek 18 April 2022

Warga desa yang menemukan kapal tersebut terbelah mencoba merakit kembali dan diberi nama kapal pinisi.

Kapal pinisi juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO pada 2017 lalu.

Kapal tersebut ditetapkan sebagai warisan budaya karena sejarah, tradisi, dan makna yang terkandung dalam pembuatan kapal itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com