JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi udara di Jakarta tidak sedang baik-baik saja. Warga Jakarta disebut bakal kehilangan harapan hidup 3-4 tahun akibat polusi udara.
Dugaan itu bukan tanpa dasar. Estimasi kehilangan harapan hidup tersebut didasarkan laporan Air Quality Life Index (AQLI) atau indeks kehidupan kualitas udara berdasarkan laporan dari Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) yang dirilis 14 Juni 2022.
"Penduduk yang tinggal di bagian paling tercemar di Asia Tenggara di wilayah sekitar kota Mandalay, Hanoi, dan Jakarta diperkirakan akan kehilangan harapan hidup rata-rata tiga hingga empat tahun," melansir laporan AQLI, Minggu (19/6/2022).
Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara dianggap memiliki tingkat polusi yang tidak aman, dengan polusi yang meningkat dalam satu tahun sebanyak 24 persen di beberapa wilayah.
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan polusi partikular rata-rata tahunan global (PM2.5) menurun.
Baca juga: Dampak Polusi Udara di Jakarta Disebut 6 Kali Lebih Berbahaya dari HIV/AIDS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merevisi tingkat aman paparan polusi dari semula 10 mikrogram per meter kubik kini menjadi 5 mikrogram per meter kubik.
"Pedoman baru tersebut membawa sebagian besar dunia atau 97,3 persen global populasi ke dalam zona tidak aman," tulis laporan tersebut.
Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serius menangani pencemaran udara di wilayah Ibu Kota.
"Pencemaran udara yang sangat berbahaya ini jelas harus diatasi, dan terburuk di dunia. Seluruh penduduk DKI terdampak," kata Gilbert dalam pesan singkat, Senin (20/6/2022).
Anggota Legislatif Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI Justin Adrian Untayana berharap Pemprov DKI Jakarta tidak melakukan pembiaran terhadap permasalahan polusi udara ini.
Baca juga: Anies Baswedan Diminta Serius Tangani Pencemaran Udara di Jakarta
Dalam jangka panjang, kata dia, polusi udara akan membawa efek buruk buat warga Jakarta, khususnya anak-anak.
"Jangan sampai masa depan generasi penerus Jakarta terkena penyakit saluran pernapasan, akibat ketidakmampuan Pemprov DKI Jakarta mengatasi permasalahan polusi udara ini," tutur Justin.
Pengamat lingkungan sekaligus pakar tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga mendesak agar penurunan tingkat polusi udara di Ibu Kota turut menjadi program prioritas oleh pemerintah daerah.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Disebut Terburuk di Dunia, Begini Kata Menteri LHK
"Polusi udara harus menjadi program prioritas seperti banjir yang harus ditangani Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," ujar Nirwono kepada Kompas.com, Senin (20/6/2022).