Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Kholisul Imam
Akademisi

Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang dan Pemerhati Ekonomi Pembangunan dan Kerakyatan

Dana Desa dan Kemiskinan Perdesaan Pasca-Pandemi

Kompas.com - 23/06/2022, 17:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan pada saat pandemi, dana desa tidak mengalami penyusutan dan justru semakin meningkat.

Lantas pertanyaannya, pada kondisi pascapandemi, apakah dana desa mampu mempercepat penurunan kemiskinan di perdesaan? Atau, apakah terjadi refocusing anggaran dana desa sebagai imbas adanya pandemi kemarin?

Meminjam konsep lingkaran kemiskinan Nurkse, proses pengentasan kemiskinan di daerah perdesaan tidak dapat berjalan secara autopilot.

Terlepas dari ada atau tidaknya dorongan dan bantuan dari pihak lain, penduduk miskin memang dituntut harus mampu berjalan dengan kakinya sendiri.

Hasil riset SMERU Institute menyatakan bahwa anak dari keluarga miskin cenderung tetap menjadi miskin ketika telah dewasa.

Namun di tengah pandemi yang sempat menghantam, peran pemerintah menjadi semakin dinanti.

Tidak hanya dituntut untuk selalu menurunkan kemiskinan, kebijakan untuk menanggulangi pandemi beserta upaya pencegahannya wajib dilakukan pemerintah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan refocusing anggaran menjadi prioritas setiap daerah. Nampaknya opsi tersebut sangat wajar bagi pengambil kebijakan, karena kinerja pemerintah saat pandemi adalah rendahnya kasus penduduk yang terjangkit virus COVID-19.

Menilik data dana desa pada tahun 2021, kondisi pascapandemi yang diyakini menjadi tahun endemi, rata-rata dana desa yang telah masuk ke RKdes adalah lebih dari Rp 64 triliun dari total pagu hampir menyentuh Rp 72 triliun.

Ditinjau dari nilai rata-ratanya, setiap desa di 33 provinsi (mengecualikan Jakarta yang tidak memiliki desa) menerima pagu anggaran sebesar Rp 960 miliar.

Jawa Tengah menjadi provinsi dengan pagu dana desa terbesar, yaitu Rp 8,1 triliun. Sedangkan Kepulauan Riau adalah provinsi dengan pagu dana desa paling sedikit, yakni Rp 276 miliar.

Dua daerah tersebut menempati posisi teratas dan juru kunci sebab memiliki desa yang paling banyak dan sedikit, 7.809 desa dan 275 desa.

Dikaitkan dengan prestasi penurunan kemiskinan di perdesaan, baik Jawa Tengah dan Kepulauan Riau sudah menunjukkan capaian yang patut diapresiasi.

Masing-masing memiliki tingkat kemiskinan perdesaan sekitar 12,44 persen dan 10,45 persen. Relatif lebih kecil dibandingkan daerah lain yang mencapai 13,05 persen.

Perhatian khusus nampaknya perlu diberikan kepada provinsi dengan tingkat kemiskinan perdesaan yang ekstrem.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com