"Ya rezeki, Bang. Saya mah terima aja. Mau barang, mau duit, ayo aja. Saya tas sudah pernah dapet, baju, celana, topi pernah. Sepatu yang belom, ini punya kakak," kata Irgi.
Setelah selesai melakoni pekerjaannya sebagai "model jalanan" di Citayam Fashion Week, Irgi dan Dirga pun bersantai di pedestarian.
Baca juga: Roy Citayam, Sukses Raup Cuan dan Jadwal Kolaborasi Sebulan Penuh
Mereka berbincang dan bercanda ria dengan sejumlah teman sebaya yang sebetulnya baru mereka kenal ketika menongkrong di Dukuh Atas.
"Ayo bang kita nongkrong aja, barengin," kata Dirga sambil bertegur sapa dengan anak-anak sepantarannya.
Menurut Dirga, saling bertegur sapa satu sama lain dengan orang yang belum atau baru dikenal, hingga mengajak nongkrong bersama merupakan sebuah hal biasa.
Cara mengasyikkan itu sudah menjadi kebiasaan para muda-mudi yang berkumpul di Dukuh Atas, jauh sebelum munculnya istilah Citayam Fashion Week.
Baca juga: Ini Penjelasan Citayam Fashion Week Sah Diajukan sebagai Merek meski Mengandung Nama Daerah
"Kita-kita orang kan ada grup bang dulu. Cuma saya udah keluar, banyak juga yang keluar, bikin grup baru," ucap Dirga.
Berawal dari nongkrong
Para remaja di kawasan Dukuh Atas, khususnya sebelum dikenal sebagai "Citayam Fashion Week", mulanya hanya ingin berkumpul dan sekadar berfoto untuk kebutuhan pribadi.
Tidak pernah terlintas dalam benak mereka bisa mendapatkan uang dengan cara berpakaian dan kepercayaan diri untuk berpose di pinggir jalan. Semua semata untuk kepuasan pribadi.
"Ya awalnya mah nongkrong-nongkrong aja, kenalan. Ngonten-ngonten, bukan endorse-an. Sama juga, dulu gitu sama Bonge, kenal-kenalannya ya di sini," kata Dirga.
Hal senada disampaikan oleh Gita (16) warga Kampung Pulo, Depok. Pemukiman yang berada tak terlalu jauh dari Stasiun Citayam, Depok.
Remaja perempuan itu mengaku sudah sejak dulu mampir ke kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, bersama teman-teman sebayanya.
"Ya dari dulu sering ke sini. Rame-rame, biasanya ceweknya empat, cowoknya tiga. Cuma sekarang lagi enggak ikut semua," kata Gita.
Seiring berjalannya waktu, kata Gita, kawasan Dukuh Atas semakin viral di jagad maya dan ramai dikunjungi. Mereka yang kerap nongkrong sambil "ngonten" mulai menjadi sorotan.