Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santri Aniaya Teman hingga Tewas, Pihak Pondok Pesantren: Kami Tidak Mau Ada Kejadian seperti Itu

Kompas.com - 09/08/2022, 17:30 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kasus santri inisial MRE (15) yang menganiaya BD (15), teman sepondoknya hingga tewas, belakangan ramai diperbincangkan.

Sebagai informasi, peristiwa perkelahian berujung penganiayaan hingga tewas itu terjadi di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Tangerang pada Minggu (7/8/2022).

Menanggapi itu, pihak pengelola pondok pesantren bersangkutan pun turut angkat bicara.

Salah seorang pengasuh atau guru di ponpes tersebut, Islah (21), mengaku mengetahui detik-detik BD tidak sadarkan diri.

Baca juga: Aniaya Teman hingga Tewas, Santri Pondok Pesantren di Tangerang Jadi Tersangka

Dalam peristiwa ini Islah merupakan guru pertama yang dikabarkan santri-santrinya mengenai kondisi korban. Dia lah yang membawa korban ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.

"Pasti kami juga enggak mau ada kejadian seperti ini, itu juga kan pas siang (dikabari santri)," ujar Islah saat dihubungi, Selasa (9/8/2022).

Ia menjelaskan, pihak ponpes sudah berkomunikasi sejak awal dengan orangtua korban.

"Kami pasti ingin yang terbaik, pasti kami akan memberi yang terbaik. Kami sudah (penuhi) apa yang diinginkan orangtua korban," kata Islah.

Baca juga: Penganiaya Santri hingga Tewas Jadi Tersangka Usai Polisi Olah TKP

Kemudian, pihak ponpes sudah memberikan klarifikasi kejadian kepada semua orangtua santri.

Selain itu, lanjut Islah, pihak kepolisian juga sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Ponpes.

Sebelumnya, keluarga korban menduga bahwa BD tewas oleh temannya MRE disebabkan lantaran adanya kelalaian dari pihak Pondok Pesantren (Ponpes).

"Yang dituntut oleh orangtua korban itu adanya kelalaian (ponpes) terkait soal kejadian anaknya. Kejadian di pagi hari, diinfonya siang hari sudah meninggal," ujar Paman Korban, Endang (56) saat dihubungi, Senin (8/8/2022).

Keluarga korban mempertanyakan perihal keamanan di Pondok Pesantren tersebut. Karena, ponpes tidak mengetahui saat kejadian itu berlangsung.

Baca juga: Santri Dianiaya di Pondok Pesantren di Tangerang, Orangtua Baru Diberitahu Usai Korban Tewas

Pihak keluarga, kata Endang, diinformasikan mengenai kondisi korban justru saat korban telah meninggal dunia.

"Pas kejadian tidak ada yang tahu, diinfokan pas sudah meninggal. Terkait bagian sekuritinya barangkali (lalai)," jelas Endang.

Selain menuntut pondok pesantren, pihak keluarga juga menuntut agar pelaku dihukum seberat mungkin.

Terlebih perbuatan itu dilakukan pelaku hingga menghilangkan nyawa seseorang.

"Orangtua almarhum tadi diwawancarai di samping saya, beliau meminta pelaku dihukum sesuai perbuatannya. Kalau bisa dihukum seberat-beratnya," kata Endang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com