“Tugas kami, pemerintah daerah, adalah menyediakan infrastruktur fasilitas berkreasi bagi saudara-saudara seniman budaya di Ibu Kota. Selanjutnya, kegiatan kreatif terserah. Kami pemerintah tidak ikut campur,” ucap Ali dikutip dari arsip harian Kompas.
Akhirnya, Ali membangun Pusat Kesenian Jakarta di area bekas kebun binatang yang telah dipindahkan ke Ragunan, Jakarta Selatan. Area ini kemudian diberi nama Taman Ismail Marzuki (TIM).
Setelah bertahun-tahun berdiri, sekitar tahun 2017, Djarot Saiful Hidayat yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta memutuskan TIM perlu direvitalisasi.
“Selalu saya sampaikan di pengujung masa jabatan kami, saya tekankan bahwa sebaiknya yang kami wariskan bukan hanya bangunan fisik. Bangunan fisik pasti kami wariskan tapi yang lebih dalam dari itu yang kami wariskan ada sistem nilai," kata Djarot.
Baca juga: Anies Berkeliling Taman Ismail Marzuki, Lihat Lukisan dan Instalasi Seni
Kala itu, Djarot fokus merevitalisasi gedung teater Graha Bakti Budaya yang sering bocor dengan memperbaiki plafon dan kamar kecilnya.
Setelah dua tahun selesai revitalisasi, pada tahun 2019, Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali merevitalisasi TIM.
Total terdapat tujuh bangunan itu meliputi gedung parkir taman, gedung panjang, Masjid Amir Hamzah, Graha Bakti Budaya (GBB), Planetarium, teater halaman, dan Galeri Annex.
Anies pun berkomitmen bahwa TIM tidak dikomersialisasikan meski Pemprov DKI telah berinvestasi Rp 1,4 triliun dalam revitalisasi pusat kesenian tersebut.
(Kompas.com: Muhammad Naufal, Cynthia Lova/Kompas: Irene Sarwindaningrum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.