Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Sumur Resapan Tak Mampu Bendung Besarnya Luapan Kali Angke...

Kompas.com - 09/11/2022, 06:18 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tinggal di dekat Kali Angke, warga Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, harus pandai bersabar dan serba lincah.

Pasalnya, Kali Angke bisa meluap secara tiba-tiba, meski matahari sedang menyorot dengan teriknya.

Ketua Kampung Siaga Bencana Kembangan Utara, Durachim mengatakan, setidaknya terdapat empat wilayah RW di Kelurahan Kembangan Utara yang menjadi langganan luapan sungai tersebut.

"Kembangan Utara itu ada beberapa titik banjir luapan Kali Angke, yaitu RW 001, RW 011, RW 009, dan sebagian RW 003," ujar Durachim Nur saat ditemui di kediamannya, Selasa (8/11/2022).

Baca juga: Sumur Resapan di RPTRA Kembangan Tak Efektif, Pengelola: Kalau Banjir Gede Percuma

Dur mengatakan, Kali Angke kerap meluap sejak lama, sekitar tahun 1995. Sejak saat itu, ketinggian banjir beragam.

"Tahun ini pernah semeter lebih. Di permukiman bawah, bisa sepinggang atas. Kalau Sabtu (5/11/2022) malam kemarin, tingginya semeter kurang, pagi surut," kata Dur.

"Paling parah itu hampir dua meter. Tahunnya saya lupa, sebelum Covid-19, sekitar 2019 kali," imbuh dia.

Ia mengatakan, luapan sungai bisa merendam rumah warga setidaknya sebulan sekali.

"Tiap bulan pasti kena banjir, bisa sebulan dua kali kadang. Warga kadang mengungsi ke mushala atau RPTRA Kembangan," sebut Dur.

Baca juga: Sumur Resapan di Pinggir Kali Angke Tak Efektif Atasi Banjir tapi Bikin Pohon Berbuah

Sumur resapan tak efektif

Rutin dilanda banjir, pemerintah dan warga tentunya tidak tinggal diam. Sejumlah upaya penanganan banjir pun telah dilakukan seperti pembuatan tanggul setinggi 4 meter dan pembuatan sumur resapan.

Dur mengatakan pembuatan sejenis tanggul belum terealisasi di seluruh sisi sungai.

"Itu dibangun zaman Fauzi Bowo, ratusan meter panjangnya. Tapi yang di sebelah sana belum. Dua tahun lalu, sudah kami ajukan supaya dibangun beserta fasilitas pompa. Katanya Desember nanti jadi, masih kami kawal," tutur Dur.

Ia pun menaruh harapan besar dari pembuatan tanggul dan pompa yang dianggap dan menyelamatkan warga dari kebanjiran.

Sementara itu, produk sumur resapan, dinilainya tidak efektif jika dibangun di pinggir Kali Angke.

"Di sini sumur resapan ada sekitar 10 sumur, tapi agak percuma soalnya dekat kali," kata dia.

Baca juga: Nelangsa Korban Banjir di Dekat Kali Angke, Tak Ada Tempat Mengungsi dan Selalu Kekurangan Makanan

Menurut Dur, sumur resapan hanya berpengaruh jika air datang dengan debit sangat sedikit. Sementara itu, Kali Angke selalu meluapkan air dalam volume besar.

"Enggak berpengaruh karena baru nampung beberapa meter air, sudah penuh. Kalau airnya luapannya sedikit banget, baru berpengaruh. Tapi di sini banyak," kata Dur.

Kendati demikian, Dur berujar, sejak dibangun sumur resapan di pinggir kali beberapa tahun lalu, terjadi perubahan pada pepohonan di sekitarnya.

"Menariknya, sejak dibikin sumur resapan, pohon-pohon di sini pada berbuah, padahal sebelumnya enggak pernah berbuah. Contoh ini jambu air, yang di sana mangga," kata Dur sembari menunjukkan buah di pohon.

"Mungkin pohonnya subur karena ada banyak persediaan air di bawah atau gimana," lanjut dia.

Di sisi lain, sumur resapan yang dipasang di depan SD 01 Kembangan Utara, dinilainya berfungsi maksimal.

Baca juga: Heru Klaim Pembangunan Bendungan Aliran Ciliwung dan Sodetan Bidara Cina Bisa Kurangi 40 Banjir Jakarta

"Sumur resapan yang di SD 01 Kembangan Utara, bagus itu. Berfungsi banget. Jadi setiap 5 meter bikin sumur. Tinggi jalannya dinaikin, pinggir jalannya sumur resapan. Kedalaman sumur sekitar 6 meter. Enggak banjir lagi," ungkap Dur.

Selain sumur resapan di pinggir Kali Angke, sebuah sumur resapan di area Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kembangan Gajah Tunggal di lingkungan RW yang sama juga diniali tak efektif.

Sumur resapan itu hanya ada satu, didesain menarik dengan bingkai bunga berwarna-warni, berwarna senada dengan taman bermain anak di sekitarnya.

"Menurut saya enggak ngaruh-ngaruh banget, sama saja. Kalau banjir gede percuma, tapi kalau banjirnya cetek, langsung surut masuk ke situ. Kalau gede enggak ngaruh," kata Pengelola RPTRA Kembangan, Opiani (36), Selasa.

Opi menyebut bahwa ruang terbuka tersebut kerap dilanda banjir meski tidak sesering permukiman di sekitarnya.

"Kondisi banjir di RPTRA itu kerap kena banjir, tapi enggak sesering rumah-rumah warga. Karena lokasinya ada di atas," kata Opi.

Warga nelangsa

Tasrinah (58), penjual sayuran di Jalan Kompas misalnya, mengaku sering banjir hingga ketinggian 1 meter di rumahnya.

"Biasanya itu tinggi sepinggang deh. Udah biasa banget. Tapi kalau akhir-akhir ya setinggi betis," kata Tasrinah di kediamannya, Senin (7/11/2022).

Meski rumahnya berjarak 160 meter dari bibir Kali Angke, ia mengatakan air datang dari sebuah drainase besar yang berujung pada sungai tersebut.

"Biasanya saya sering kena banjir. Jadi aliran itu dari Kali Angke, kalau Angke sudah besar, di sini pasti banjir. Yang pertama kena banjir pasti sederetan rumah-rumah ini," kata Tasrinah.

Tasrinah mengenang, barang jualannya pernah lenyap lantaran banjir yang datang tiba-tiba.

Saat itu, ia baru saja membeli barang jualan yang totalnya senilai Rp 4 juta. Namun, banjir tiba-tiba datang merusak seluruh dagangannya.

"Akhirnya terigu di ember terbalik semua, telur, sabun, gula. Saya taruh etalase. Terbalik semua, enggak selamat," lanjut dia.

Akibat kejadian itu, Tasrinah pun merugi Rp 4 juta. Meskipun beberapa barang masih berhasil diselamatkan, ia tidak bisa menjual barang tersebut karena sudah rusak. Ia hanya bisa menyumbangkannya ke para tetangga.

Tak mengungsi

Meski banjir merendam dengan tinggi, Tasrinah tidak pernah mengungsi. Alasannya, tidak ada tempat mengungsi di sekitar sana.

Ia dan keponakannya hanya bertahan di depan rumah, di atas sebuah meja untuk berjualan sayur seluas 1 meter x 2 meter.

"Kalau banjir mah udah aja saya tidur di meja sini. Makan di sini, tidur di sini," kata Tasrinah.

Sedangkan warga lainnya, Erna (30) hanya bisa menumpuk meja-meja di rumah untuk dijadikan kasur.

"Nyelamatin dirinya ya diam saja. Mau ke mana. Kita tumpuk-tumpukin meja saja buat tidur. Kadang minta kayu-kayu juga," kata Erna.

Nia (28) mengaku tidak bisa mengevakuasi diri lantaran tidak ada tempat.

"Kami ini enggak pernah mengungsi. Bingung mau mengungsi ke mana. Pada jauh-jauh. Lagian juga di sini enggak ada yang mau bantu tempat, cuma nasi kotak aja. Dulu pernah numpang di tetangga, tapi enggak enak responnya," kata Nia.

"Kami enggak ngungsi bukannya enggak mau, tapi enggak ada tempatnya. Kalau ngungsi mah kita mau, enggak apa-apa," lanjut Nia.

Lebih jauh, Nia bercerita, setiap ia terjebak banjir di rumah kebutuhan makanannya disuplai oleh donatur dan pemerintah berupa nasi kotak atau nasi bungkus.

Namun, ia heran, jumlah nasi tersebut tidak sesuai dengan jumlah orang di rumahnya.

"Kita kalau kebanjiran bertahan aja di rumah. Dapat bantuan nasi kotak aja atau nasi bungkus. Tapi enggak pernah pas jumlahnya. Kayak misalkan satu rumah ini ada 5 orang, nasinya mah kurang satu, jadi cuma 4 bungkus," ungkap Nia.

Warga pun berharap pemerintah segera mencari solusi atas luapan Kali Angke yang sudah sering merendam permukiman tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com