Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Penggusuran Kembali Mengemuka di Jakarta...

Kompas.com - 11/11/2022, 06:00 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggusuran belakangan menjadi isu yang ramai diperbincangkan seiring pergantian pemimpin di Jakarta.

Di masa Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta, kata penggusuran hampir tak pernah disebut. Sebabnya, Anies berjanji tak akan menggusur warga khususnya yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung saat kampanye Pilkada DKI 2017.

Kini, istilah penggusuran kembali mengemuka setelah Anies lengser dan digantikan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono. Istilah penggusuran kembali terdengar seiring dengan normalisasi Kali Ciliwung menjadi program prioritas Heru untuk mengatasi banjir Jakarta.

Baca juga: Warga Siap Digusur untuk Normalisasi Ciliwung, Sudah Serba Salah Tinggal di Bantaran Sungai

Penggusuran memang menjadi momok bagi warga yang terdampak. Mereka takut kehilangan tempat berdiam yang telah mereka tinggali selama puluhan tahun.

Mereka juga takut kehilangan mata pencaharian yang selama ini mereka peroleh di tempat tinggal mereka di bantaran Kali Ciliwung. Karena itu, tak jarang mereka berpikir lebih baik tinggal di bantaran kali lalu kebanjiran, daripada harus kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan.

Kisah manis penggusuran

Kendati demikian penggusuran tak sepenuhnya meninggalkan kisah duka dan rasa takut yang selalu membayangi. Sebagian warga justru menemukan asa baru setelah digusur dan direlokasi dari bantaran kali. Selain terbebas dari banjir, mereka juga terbebas dari rasa takut akan kehilangan sumber penghidupan.

Hal itu dialami oleh Warga Rusun Pulogebang bernama Eni dan Ayu. Mereka adalah eks warga bantaran Kalijodo yang digusur dan direlokasi ke Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Pulogebang.

Mereka mulanya merasa ragu untuk direlokasi. Namun saat tiba di Rusunawa Pulogebang, berbagai tawaran pelatihan kerja bermunculan. Keduanya pun tak menyia-nyiakan kesempatan yang tak datang dua kali itu. Mereka lantas memilih batik tulis sebagai ladang berkarya.

Baca juga: Ketua RW Belum Beritahu Warga soal Penggusuran, Khawatir Normalisasi Ciliwung Batal Lagi

Pilihan itu bukan tanpa alasan. Sejak 2018, pesanan batik terus menghampiri. Berbeda dengan pelatihan keterampilan lain yang sepi dari akses pasar.

Pesanan yang datang kebanyakan berupa kain panjang. Tetapi tak jarang pula berupa masker, tempat sendok atau aksesoris lain.

"Tapi mendingan kerjain kain dua meter. Lebih semangat. Capeknya sekalian, hasilnya ketahuan, duitnya juga ketahuan," ujar Ayu seraya tertawa.

Eni kemudian menimpali, "kalau kayak masker gini, palingan (gajinya) bisa buat beli mie ayam seorang. Kalau yang dua meter bisa buat beli mie ayam 10 orang lebih”. Keduanya terkekeh.

Pantas saja Eni dan Ayu lebih memilih mengerjakan kain panjang. Pasalnya, bila perajin mengerjakan satu kain berukuran besar dengan motif satu warna, bayarannya Rp 300.000. Bila motifnya terdiri dari dua warna, ongkos kerja bisa mencapai Rp 600.000 per orang.

Baca juga: Mengintip Langkah Heru Budi Lanjutkan Normalisasi Kali Ciliwung yang Mandek di Era Anies...

Para perajin semakin lega lantaran seluruh modal, mulai dari kain, canting, hingga cairan tekstil warna dan desain, sudah disediakan oleh pihak swasta yang menyelenggarakan pelatihan itu, yakni Jkt Creative.

Berkat Jkt Creative pula, kain hasil para perajin bisa tembus ke pasar internasional. Ayu bercerita, kain batik tulisnya pernah diboyong hingga ke Jepang, negara yang ia tidak tahu letak pastinya di peta.

"Waktu tahu sudah dibawa ke Jepang, saya bilang dalam hati, jauh amat ya. Saya saja belum ke Jepang," ucap Ayu.

Pernah juga mereka lembur membuat kain batik untuk instalasi raksasa di Mal Central Park pada tahun 2020.

Seluruh pengalaman itu membanggakan, dan yang terpenting menghasilkan, sehingga mampu mengusir kekhawatiran mereka ihwal kehilangan sumber penghidupan.

Warga siap digusur, asalkan...

Adapun kini sejumlah warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung sudah merasa bosan kebanjiran. Mereka pun merasa tak punya pilihan lain dan setuju bila harus digusur dan direlokasi ke Rusunawa.

Baca juga: Normalisasi Ciliwung, Warga Senang Bakal Pindah ke Rusunawa tapi Khawatir Tak Mampu Bayar Sewa

Salah satu warga yang tempat tinggalnya akan digusur, Irma (38), juga mengaku siap dipindahkan ke rumah susun sewa (rusunawa).

"Ya, kalau saya sih pasrah. Digusur ya silakan. Penginnya juga sih begitu (pindah ke rusunawa)," ujar warga Kebon Pala, tanah Rendah, Kampung Melayu, Jakarta Timur itu saat ditemui Kompas.com di kediamannya (10/11/2022). 

Menurut Irma, dipindahkan ke Rusunawa bakal menjadi pilihan terbaik bagi warga yang tempat tinggalnya tergusur. Tetapi akan ada kekhawatiran baru yang bakal mereka hadapi.

"Rasa khawatir (untuk pindah) ya ada, tapi daripada enggak ada tempat sama sekali. Mau ngontrak mahal banget. Memang sih di rusun bayar, tapi kan katanya lebih murah," tutur Irma.

Tak jauh berbeda dengan Irma, seorang warga bernama Rudy (54) juga mengungkapkan hal yang sama. Pria yang rumahnya berada tepat di bantaran kali tersebut berujar bahwa ia siap mengikuti arahan pemerintah.

Di satu sisi Rudy khawatir, apabila dipindahkan ke rusunawa nanti dia malah kesulitan membayar sewa.

"Ya, yang bayar itu. Kayak ngontrak, gitu. Kalau rusun, untuk sementara waktu dikasih gratis biaya 3 bulan enggak bayar. Tapi ke sananya bayar, paling itu," kata dia.

Karena itu Rudy berharap warga mendapatkan kompensasi atas penggusuran rumah yang selama ini mereka huni di Tanah Rendah.

"Yang penting, kita dikasih tempat tinggal dan kompensasi," ujar Rudi.

(Penulis: Joy Andre | Editor: Irfan Maulana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

Megapolitan
KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

Megapolitan
Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Megapolitan
3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

Megapolitan
LPSK Dorong Pemenuhan Akomodasi Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan, Termasuk Perlindungan

LPSK Dorong Pemenuhan Akomodasi Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan, Termasuk Perlindungan

Megapolitan
Pemkot Jakbar Imbau Warga dengan Ekonomi Mampu Tak Beli Elpiji 3 Kg

Pemkot Jakbar Imbau Warga dengan Ekonomi Mampu Tak Beli Elpiji 3 Kg

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Megapolitan
Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Megapolitan
Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Megapolitan
Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Megapolitan
Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Megapolitan
Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com