JAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin terdapat beberapa hal yang ada di benak warga Jakarta saat mendengar Bundaran Senayan, di antaranya halte transjakarta, stasiun MRT, Patung Pemuda, JPO artistik, hingga lalulintas padat.
Namun, tidak banyak orang menyadari bahwa Bundaran Senayan adalah penanda zaman yang menjadi pembeda antara Jakarta saat ini dengan Jakarta tempo dulu.
Sekarang wilayah Bundaran Senayan menjadi batas antara jalur bawah tanah MRT yang dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia, dengan jalur layang MRT yang berakhir di Lebak Bulus.
Sementara pada awal 1950-an, lokasi di mana Bundaran Senayan saat ini, menjadi batas antara Kota Jakarta dengan area Kebayoran yang akan dijadikan pemerintah saat itu sebagai kota baru untuk perluasan permukiman ibu kota.
Baca juga: Kebayoran, Gudang Kayu yang Menjelma Jadi Kawasan Elite Jakarta
Dalam buku Pembangunan Kotabaru Kebajoran yang diterbitkan Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga RI tahun 1953 disebutkan, pusat kota Jakarta kala itu masih di sekitar Jalan Medan Merdeka.
Adapun lokasi permukiman penduduk terpusat di wilayah Kota Tua, lalu kemudian melebar hingga wilayah Jatinegara.
Di dalam buku yang sama, ditulis bahwa 10 tahun sebelum pembangunan permukiman Kebayoran, lokasi tersebut masih sunyi sepi, penuh semak belukar, kebun-kebun, dan padang hijau.
Keputusan pemerintah membangun “kota baru” di wilayah Kebayoran dikarenakan kebutuhan mendesak akan perluasan lokasi permukiman akibat lonjakan penduduk Jakarta.
Berdasarkan arsip harian Kompas, jumlah penduduk Jakarta pada 1952 mencapai 2,5 juta jiwa. Padahal dua tahun sebelumnya, jumlah penduduk masih sekitar 1,5 juta jiwa. Sementara pada 1940, jumlah penduduk Jakarta hanya berkisar 700.000 jiwa.
Baca juga: Patung Pemuda, Simbol Kobaran Semangat Pemuda Membangun Tanah Air
Pemerintah pun berpikir untuk membuka area permukiman baru. Lokasi di selatan-barat daya Jakarta ini dipilih karena saat itu belum banyak dihuni orang.
Jarak lokasi baru ini juga tidak terlalu jauh, yakni sekitar 8 km dari pusat kota Jakarta. Jalur kereta api yang ada juga dirasakan strategis untuk mengangkut bahan bangunan.
Kebayoran dibangun di atas tanah seluas 730 hektar. Selain permukiman, ada juga lokasi bangunan khusus, yakni markas polisi yang kini menjadi Mabes Polri, taman, dan jalan.
Sejalan dengan perkembangan wilayah Kebayoran, jalan protokol Kota Jakarta pun diperpanjang hingga jalan yang saat ini bernama Jalan Panglima Polim.
Sebagai pembatas wilayah sekaligus bagian dari rekayasa lalulintas agar lebih tertib dibangunlah sebuah bundaran kota yang populer bernama Bundaran Senayan karena lokasinya di Senayan.
Baca juga: Patung Pemuda Senayan Tak Terganggu Pembangunan MRT
Salah satu penanda kota yang ada di Bundaran Senayan adalah patung Pemuda Membangun.