Dalam konsepnya, kota Satelit pertama di Indonesia itu dibuat dengan sistem blok, dari Blok A hingga Blok S, kata Ade Purnama, pendiri komunitas Sahabat Museum.
"Blok M dan A mungkin sudah banyak dikenal, tapi banyak juga yang tidak begitu populer, seperti Blok B, Blok C. Nah, Blok E itu Pasar Mayestik sekarang," papar Ade.
Sistem blok itulah yang terus dilanjutkan dalam konsep pembangunan Kebayoran sebagai kota satelit di era Orde Lama kemudian dilanjutkan di masa Orde Baru.
Jauh sebelum pemerintah menjadikan area Kebayoran Baru sebagai “kota satelit”, wilayah ini merupakan tempat penebangan dan penumpukan kayu gelonggongan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Racham Ruchiat, penulis buku Asal Usul Nama Tempat di Jakarta. Dalam buku tersebut ia menjelaskan nama Kebayoran berasal dari kata "kabayuran" yang artinya menimbun kayu bayur.
Baca juga: Kebayoran, Gudang Kayu yang Menjelma Jadi Kawasan Elite Jakarta
Kayu bayur merupakan jenis kayu dari pohon bayur dengan yang berkualitas. Saat ini pun kayu bayur masih dipakai sebagai bahan membuat furnitur.
“Bukan hanya kayu bayur yang biasa ditimbun di kawasan tersebut di kawasan tersebut pada zaman dahulu, melainkan juga jenis–jenis kayu lainya,” seperti dikutip buku tersebut
Pada zaman kolonial Belanda, kayu–kayu tersebut ditebang dari kawasan Kebayoran dan dialirkan ke wilayah Batavia lewat Kali Grogol dan Kali Krukut dan Kali Grogol dengan cara dihanyutkan. Kala itu, mereka dua aliran kali tersebut berukuran cukup besar.
(Kompas.com: Walda Marison/Kompas: Agnes Rita Sulistyawati, Denty Piawai Nastitie/BBC Indonesia: Heyder Affan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.