Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Kelaparan di Kota dan Tragedi Komunitas

Kompas.com - 14/11/2022, 09:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Untuk itu memang siapa pun harus memberikan ruang kepada sesama untuk tetap bisa berinteraksi secara langsung—meski bisa jadi sangat berat.

Tidak semua orang menemukan kenyamanan melalui interaksi secara daring. Oleh karena itu, cara-cara interksi konvensional tetap mesti dihadirkan untuk mengurangi perasaan keterasingan.

Komunitas tidak terkait dengan kuantitas. Sebab bisa jadi meskipun entitas keluarga dalam suatu kompleks perumahan itu banyak, mereka sebenarnya bukan komunitas.

Tetapi mereka adalah kumpulan keluarga yang karena tidak pernah atau kurang berinteraksi mereka tidak merasa memiliki irisan dan ikatan antartetangga.

Ini memang problem modernitas. Di mana kebebasan dan individualisasi menjadi basis yang kemudian membuat setiap orang di dalamnya merasa perlu dan tidak perlu untuk berhubungan dengan orang lain secara bebas.

Lalu bagaimana kita memberikan pemahaman agar tidak ada lagi kejadian serupa terulang di masa mendatang.

Maka di tengah arus individualisasi, konsumtivisme dan modernitas, tentu ini bukan pekerjaan yang mudah.

Namun bukan berarti tidak ada cara untuk bisa ditempuh untuk kembali mengembalikan harkat dan martabat yang disebut sebagai komunitas ini.

Pertama, tentu saja membangun saling empati melalui apa yang disebut oleh Habermas sebagai dialog intersubjektif melalui pertemuan-pertemuan berbasis kewargaan seperti rapat antarkeluarga, RT, arisan-arisan (keluarga atau RT), dan atau pertemuan lain yang sifatnya sosial kemasyarakat dan berdimensi geografi-ketetanggaan harus kembali dihidupkan.

Kedua, membangun nilai kebersamaan dengan memberikan pemahaman dan penyadaran bahwa tetangga harus lebih dulu menjadi tumpuan interaksi ketimbang saudara yang tinggalnya jauh.

Sebab itu, memosisikan tetangga terdekat sebagai keluarga, akan menghasilkan keeratan sosial dan akhirnya berdampak kepada hidupnya kembali komunitas.

Untuk itu maka bertetangga menjadi harus lebih memberikan makna ketimbang keluarga yang mungkin tidak tinggal di dekatnya.

Maka wajar jika Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa sebagian dari cermin seseorang yang memiliki dan memaknai serta menghayati keimanannya adalah menghormati tetangga atau mengutamakan tetangganya.

Ini bisa menjadi landasan untuk kita semua bahwa bertetangga sangat penting, terutama untuk membangun dan mengikatkan diri pada komunitas.

Jika ini bisa dilakukan, maka tidak mustahil kita bisa kembali menemukan indahnya komunitas dalam kehidupan kita.

Ketika keindahan itu muncul maka dengan sendirinya kita akan menyongsong kembali peradaban berbasis manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com