JAKARTA, KOMPAS.com – Warga Kampung Bayam masih terus menunggu kejelasan dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk segera menghuni Kampung Susun Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Di samping itu, warga menolak tarif Kampung Susun Bayam yang ditetapkan Jakpro sebesar Rp 600.000 hingga Rp 750.000 per bulan.
Menurut mereka, tarif sewa itu tidak disesuaikan dengan pendapatan warga yang mayoritas pemulung dan lansia.
Baca juga: Harga Sewa Kampung Susun Akuarium Cuma Rp 40.000, Kenapa Kampung Susun Bayam Capai Rp 750.000?
Salah satu warga Kampung Bayam bernama Maida (43) mengaku berkeberatan jika Jakpro menetapkan tarif sewa di atas Rp 300.000 per bulan.
Menurut Maida, tarif sewa tersebut masih cukup tinggi. Belum lagi mereka harus membayar listrik, air, dan biaya lainnya.
“Belum listrik, belum air, belum biaya lain-lain, pasti (habis) Rp 1 juta. Kalau Rp 1 juta sebulan, belum uang makannya, uang sekolahnya, gimana?” ujar Maida kepada Kompas.com saat ditemui di lokasi, Selasa (29/11/2022).
“Ya kalau bisa mah Rp 300.000 ke bawah. Rp 300.000 juga belum yang lain-lainnya. Sebenarnya Rp 300.000 itu juga masih berat. Intinya ya saya (tarif sewanya) mau sesuai dengan Kampung (Susun) Akuarium yang (sebulan) Rp 34.000,” imbuh dia.
Baca juga: Jakpro Turunkan Tarif Kampung Susun Bayam, Mayoritas Warga Gusuran JIS Masih Keberatan
Hal yang sama juga disampaikan oleh Astuti (38) yang sehari-hari menjadi badut keliling.
Astuti berujar, penghasilannya satu hari bisa mencapai Rp 100.000, tetapi itu tak menentu. Pendapatannya itu tidak cukup untuk membayar tarif sewa kontrakan Rp 800.000 per bulan.
Akibatnya, Astuti menunggak bayar sewa dan memilih untuk menginap di depan gerbang Kampung Susun Bayam.
“Saya enggak ada pendapatan per bulan, makanya enggak sanggup bayar (kontrakan). Karena kami sudah enggak sanggup bayar (kontrakan), jadi diusir dari kontrakan,” ujar Astuti.
Baca juga: Jakpro Pakai Pergub Era Anies untuk Tentukan Tarif Sewa Kampung Susun Bayam
Astuti pun menginginkan tarif sewa Kampung Susun Bayam tak terlalu tinggi.
Meskipun Jakpro sudah menurunkan tarif sewa dari Rp 1,5 juta menjadi sekitar Rp 750.000, tarif itu masih tergolong mahal bagi Astuti dan warga lain yang mayoritas lansia.
“Masa lansia suruh bayar segitu (Rp 750.000), mahal. Penginnya sih disamakan dengan kampung susun lain, seperti (Kampung Susun) Akuarium dan Kunir,” kata Astuti.
Astuti berharap para warga bisa segera menempati Kampung Susun Bayam, baru kemudian negosiasi tarif sewa.
Baca juga: Perkembangan Relokasi Kampung Susun Bayam, Tarif Sewa Turun Tapi Sebagian Warga Masih Keberatan
Sebelumnya, Vice President Corporate Secretary Jakpro Syachrial Syarif mengatakan, administrasi penyerahan pengelolaan Kampung Susun Bayam kepada warga gusuran Jakarta International Stadium (JIS) itu masih berproses di internal Jakpro.
Syachrial menjelaskan, tarif sewa Kampung Susun Bayam nantinya mengikuti Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.
Jakpro, Pemprov DKI Jakarta, serta perwakilan Pemkot Jakarta Utara sudah menyetujui tarif sewa tersebut.
"Jadi bukan lagi berdasarkan perhitungan tarif keekonomian Jakpro. Ini perlu disyukuri karena kami terus memperjuangkan agar warga sesegera mungkin bisa bermukim di Kampung Susun Bayam," jelas Syachrial dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/11/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.