JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat dari Urban Poor Consortium Gugun Muhammad mempertanyakan harga sewa Kampung Susun Bayam.
Ia menilai, harga sewa Kampung Susun Bayam yang mencapai Rp 700.000 per bulan jauh lebih tinggi dibandingkan harga sewa kampung susun lain yang sebelumnya sudah ada di ibu kota.
Gugun mencontohkan Kampung Susun Aquarium dan Kampung Susun Cikunir. Di dua kampung susun itu, pengelolaannya dilakukan oleh koperasi.
Di Kampung Susun Aquarium, pada awalnya koperasi membayar sewa kepada Pemprov DKI selama 5 tahun.
Cara penghitungan sewa untuk kampung susun juga berbeda, yakni tak mengikuti Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.
”Kampung Susun Aquarium, koperasi harus bayar sewa Rp 34.000 sampai dengan Rp 40.000 per unit. Murah sekali karena konteks kampung susun dibangun untuk warga yang tadi menghuni lokasi, lalu digusur untuk pembangunan. Ini sebagai ganti ruginya,” kata Gugun dilansir dari Kompas.id, Selasa (29/11/2022).
Baca juga: Jakpro Pakai Pergub Era Anies untuk Tentukan Tarif Sewa Kampung Susun Bayam
Situasi di Kampung Susun Bayam, kata Gugun, sejatinya sama dengan kondisi yang terjadi di Kampung Susun Aquarium.
Sebab, warga yang dijanjikan tinggal di Kampung Susun Bayam adalah eks warga Kampung Bayam yang digusur untuk proyek Jakarta International Stadium.
Hal yang membedakan, yakni di Kampung Susun Bayam ada pihak PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
”Sebagai entitas bisnis, seharusnya Jakpro tidak mengelola tempat tinggal untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Maka dari itu, sudah seharusnya diserahkan ke Pemprov DKI,” kata Gugun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.