Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persekongkolan Warga Lindungi Bandar Narkoba Saat Polisi Gerebek Kampung Bahari

Kompas.com - 02/12/2022, 15:35 WIB
Zintan Prihatini,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga di Gang A7 dan A9 Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara bersekongkol untuk mengelabui petugas setiap ada penggerebekan narkoba.

Sebagai tanda datangnya polisi, sebagian warga menyalakan petasan.

Bunyi petasan itu, sebagai sinyal bahwa waktunya pengedar hingga pengguna narkoba harus lari dan bersembunyi.

Demikian kesaksian Andi (nama disamarkan), salah satu warga Kampung Bahari yang telah hidup di sana selama puluhan tahun.

"Kalo di situ, A7 sama A9, kalo ada penggerebekan pasti ada perlawanan pakai petasan, celurit pasti itu," ungkap Andi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/12/2022).

Baca juga: Letusan Petasan Berbalas Tembakan ke Udara, Polisi Gerebek Kampung Bahari...

Sebagian warga, lanjut dia, kompak mendukung para pengedar narkoba untuk bersembunyi saat polisi menginjakkan kaki di Kampung Bahari.

Sepengetahuan pria berusia 48 tahun itu, ketika petasan dinyalakan, warga akan berkumpul dan menghalangi polisi dengan berbagai cara, salah satunya melempar dengan batu.

Saat itulah waktu yang tepat bagi para pelaku untuk kabur dari kejaran polisi.

"Kalau petasan bunyi untuk mengalangi polisi, warga situ pada turun semua. Setiap ada polisi pasti petasan bunyi dulu karena memberi tahu bahwa itu ada razia," jelas Andi.

Pada penggerebekan pada Rabu (30/11/2022), misalnya, anggota polisi diserang oleh warga dengan batu dan petasan.

Kala itu, 100 petugas gabungan tak henti dilempari batu oleh warga ketika menyisir Kampung Bahari.

Baca juga: Dilempar Batu dan Petasan saat Gerebek Kampung Bahari, Polisi Pastikan Tak Ada yang Terluka

Alasan Warga tak gentar membela pengedar

Siasat sebagian warga yang melawan polisi untuk melindungi pengedar dengan petasan turut dibenarkan Kapolsek Tanjung Priok Kompol M Yamin.

Mereka diduga mendapatkan keuntungan dari sang pengedar. Uang itu, kemudian digunakan lagi untuk membeli narkoba.

Menurut Yamin, uang itu diberikan sebagai cara bagi para pengedar agar warga tak kontra terhadap praktik jual beli barang haram tersebut.

"Karena ada pola-pola seperti Robin Hood juga, ada beberapa. Jadi mereka suka ngasih sumbangan, ngasih uang," tutur Yamin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/12/2022).

"Uang itu bisa dipakai untuk beli narkoba lagi kan. Yang bandar-bandar itu yang ngasihnya," sambung dia.

Baca juga: Sebagian Warga Dukung Pengedar Narkoba di Kampung Bahari, Polisi: Mereka Dapat Keuntungan

Sementara itu, Andi berujar bahwa warga bersikukuh membela pengedar narkoba lantaran ada anggota keluarganya yang juga ikut terlibat dalam lingkaran bisnis haram tersebut.

"Namanya dia kan mata pencahariannya kan begitu. Banyak keluarganya dia jadi bandar, jadi kurir untuk narkoba penghasilannya dari situ" terang Andi.

"Umpamanya ada penggerebekan dia pasti otomatis secara tidak langsung pasti ngebelain," katanya lagi.

Adapun Kampung Bahari rutin dipantau oleh polisi.

Terbaru, polisi mengamankan enam terduga pelaku penyalahgunaan narkoba dan mendapatkan 116,97 gram sabu-sabu.

Lima dari enam terduga pelaku terbukti positif sabu, berdasarkan hasil tes urine.

Jajaran kepolisian pun berhasil mengamankan sejumlah barang bukti berupa bong hingga senjata tajam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com