Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Pembedaan Tarif KRL untuk Orang Kaya - Miskin Bisa Picu Kecemburuan Sosial

Kompas.com - 31/12/2022, 16:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kemenkeu tidak sebutkan PSO hanya untuk masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis namun hanya sebutkan masyarakat umum yang membutuhkan. Dalam konteks transportasi umum, PSO dibutuhkan masyarakat yang menggunakan fasilitas umum, sehingga orang kaya pun rela meninggalkan kendaraan pribadinya untuk menggunakan angkutan umum massal perlu dihargai oleh pemerintah, tidak perlu lagi membayar pajak transportasi.

Bila banyak orang menggunakan angkutan umum massal, maka volume kendaraan berkurang. Tentunya bagi masyarakat yang telah mambayar pajak mempunyai hak yang sama dalam manggunakan fasilitas umum, termasuk transportasi umum.

Pengenaan PSO pada tarif angkutan massal KRL adalah salah satu konsep TDM (transport demand management), sehingga kalau tarif KRL murah maka segala lapisan masyarakat tertarik menggunakan KRL. Semakin banyak shifting ke angkutan umum massal (KRL), maka mode share angkutan umum menjadi lebih baik dan TDM berhasil. Bagaimana bila tarif KRL lebih mahal, tentunya program TDM dapat gagal.

Jika tarif KRL akan disesuaikan, silakan saja karena UMP Jabodetabek tiap tahun pasti naik, sedang tarif KRL sejak 2016 belum pernah naik. Sementara ada inflasi selama enam tahun terakhir. Maka, memang masuk akal bila dinaikan.

Tarif dapat disesuaikan dengan rencana terdahulu, yakni tapping awal naik Rp 2.000 menjadi Rp 5.000 hingga 25 km pertama dan selanjutnya 10 km berikutnya tiada kenaikan tarif. Bila ada skenario lain, mungkin bagi lansia, anak-anak sekolah dan disabel mau digratiskan naik KRL malah lebih baik karena malah lebih mudah pendataannya, jadi akan lebih adil.

Sesuai Policy Research Working Paper 4440 WorldBank (WB), belanja transportasi yang tepat bagi masyarakat adalah maksimal 10 persen dari upah bulanannya. Kajian WB tersebut berdasarkan riset dari negara-negara di Amerika Latin dan negara di Kepulauan Karibia 2007, sehingga dari kondisi sosial-ekonomi hampir sama dengan kondisi di Indonesia.

Bila pengeluaran transportasi masyarakat kita hanya 10 persen dari gajinya setiap bulan, maka sejahteralah kehidupan keluarganya. Tugas semua stakeholder, termasuk pemerintah harus mampu menekan tarif WTP KRL dan biaya first mile dan last mile, sehingga masyarakat dapat belanja transportasi maksimal 10 persen dari total upahnya.

Kecemburuan Sosial di KRL

Pembedaan atau parsialisasi tarif KRL untuk yang kaya dan tidak mampu akan menjadi distorsi atau kecemburuan sosial karena pembedaan tarif terjadi dalam satu kelas pelayanan KRL. Bisa terjadi kecemburuan sosial dalam perjalanan KRL.

Bagi penumpang yang “berdasi” mungkin akan memandang rendah penumpang yang disubsidi. Penumpang yang tidak disubsidi akan meminta prioritas pelayanan karena membayar tarif lebih mahal, minta didahulukan, minta tempat duduk karena merasa menyubsidi yang tidak mampu, dan seterusnya.

Mungkin adil bila perbedaan tarif dibedakan menurut kelas KRL seperti dulu terdapat tiga kelas, yakni Kelas 1 (ekspress) di stasiun tertentu berhenti tanpa skema PSO, kelas II (AC ekonomi) setiap stasiun berhenti dengan skema PSO dan kelas III (non AC ekonomi) setiap stasiun berhenti dengan skema PSO. Namun saat ini tidak ada lagi KRL non AC jadi untuk kelas III KRL tidak mungkin ada lagi.

Kita tidak perlu benchmarking ke luar negeri, kita cukup melihat Bus Trans Jateng yang membedakan tarif umum dengan tarif pelajar/mahasiswa dan buruh, sedangkan Bus Trans Semarang membedakan tarif umum dengan pelajar/mahasiswa dan lansia. Sekedar contoh untuk Bus Trans Semarang tarif lansia adalah Rp 1.000, sementara tarif umum Rp 3.500.

Bila KRL Jabodetabek ingin parsialisasi tarif seperti Bus Trans Semarang/Jateng tentunya akan lebih baik karena subsidi lebih tepat sasaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com