Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Keseharian Pemilik Rumah Mewah di Cakung, Minta Dipanggil dengan Gelar dan Kerap Pakai Baju Kantoran

Kompas.com - 05/01/2023, 21:43 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat tengah digemparkan oleh keberadaan rumah mewah yang dibiarkan terbengkalai di di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Hal yang menggemparkan masyarakat adalah rumah tersebut masih dihuni oleh pemiliknya, yakni Eny Sukaesi (58) bersama anak laki-lakinya Pulung Mustika Bima (23) atau Tiko.

Selama 12 tahun terakhir, Tiko mesti merawat ibunya yang mengalami depresi. Eny diduga mengalami depresi sejak ditinggal oleh suaminya pada 2010.

Mereka berdua tinggal bersama di rumah mewah itu tanpa akses listrik dan air bersih. Untuk kebutuhan mandi, kakus, dan memasak, mereka menadah air hujan.

Baca juga: Kisah Ibu Eny dan Tiko, Hidup Tanpa Listrik dan Air di Rumah Mewah yang Terbengkalai

Saat ini, Tim Reaksi Cepat Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Kota Jaktim telah mengevakuasi Eny ke Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit.

Evakuasi dilakukan pada Jumat (30/12/2022) pada pukul 16.30 lewat proses yang cukup alot karena baik Eny dan Tiko sempat menolak untuk dievakuasi.

Kerap pakai baju kantoran

Kader RW 002 Kelurahan Jatinegara, Ani menceritakan keseharian Eny Sukaesi (58), penghuni rumah mewah yang terbengkalai di Cakung, Jakarta Timur.

Ani mengatakan Eny biasa memakai baju kantoran saat keluar rumah. "Dia selalu bawa tas. Bajunya selalu rapi kayak orang kantoran, dan pakai sepatu tinggi," kata Ani

Baca juga: Penghuni Rumah Mewah Terbengkalai di Cakung Kerap Tolak Bansos, Lurah: Karena Awalnya Orang Kaya

Eny nyaris selalu keluar dari rumah menggunakan baju kantoran, bahkan untuk sekadar membeli obat nyamuk maupun meminta air bersih ke rumah tetangga.

Untuk mendapatkan uang, lanjut Ani, Eny dan Tiko masih menjual daun salam dan buah melinjo ke warung-warung setempat.

Minta dipanggil dengan gelar

Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menambahkan, warga setempat juga tidak boleh memanggil Eny hanya dengan namanya.

Ia mengungkapkan, Eny harus dipanggil lengkap dengan gelar pendidikannya yakni doktoranda (Dra)

"Harus (dipanggil) Ibu Dra. Eny. Harus disebut gelarnya kalau manggil. Kalo enggak disebut, kurang berkenan. Tadinya kan dia orang berada," ujar Slamet.

Baca juga: Tinggal di Rumah Mewah Terbengkalai, Ibu Eny dan Tiko Mulai Kesulitan Ekonomi sejak Ditinggal Suami

Berdasarkan penuturan Slamet, Eny mulai mengalami depresi sejak ditinggal oleh Suaminya yang merupakan ayah kandung dari Tiko, Susanto.

Susanto diketahui meninggalkan keluarganya untuk pulang ke kampung halaman di Jawa Timur pada 2010. Slamet tak menjelaskan secara terperinci apa alasan Susanto meninggalkan keluarganya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com