Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Tiri Aniaya Balita di Rawa Terate, Tetangga Lapor RT hingga Ditindaklanjuti Lurah

Kompas.com - 10/02/2023, 07:26 WIB
Nabilla Ramadhian,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang balita laki-laki berinisial F (3) menjadi korban penganiayaan oleh ibu sambungnya, M (23), di RT 07/RW 01, Kelurahan Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Lurah Rawa Terate, Jainudin, mengatakan bahwa ayah F tidak mengetahui penganiayaan tersebut.

"Pas kami tanya (soal penganiayaan), dia enggak tahu katanya," ujar Jainudin ketika dikonfirmasi, Kamis (9/2/2023).

Baca juga: Ayah Balita di Rawa Terate Jaktim Tak Tahu Anaknya Dianiaya Ibu Tiri

Jainudin melanjutkan, ada kemungkinan ayah F yang bekerja sebagai sopir bus merasa terlalu lelah sepulang kerja.

Sebab, ayah F langsung tidur setibanya di rumah dan berangkat kerja pada pagi hari. Karena alasan itulah F akhirnya tidak mengetahui bahwa anaknya dianiaya ibu tirinya.

"Setiap tanya (soal luka), ibu sambung selalu mengelak. Alasannya sih karena jatuh atau kenapa gitu," ujar Jainudin.

Kesaksian tetangga

Sadan, tetangga M dan F, mengungkapkan bahwa balita malang itu sering dimarahi saat dimandikan.

"Kalau dimandiin suka dibentak-bentak selayaknya maling," ujar dia ketika dikonfirmasi, Kamis.

Menurut dia, ada kemungkinan M merasa kesal karena F sulit diajak mandi.

Baca juga: Kesaksian Tetangga Lihat Balita Dianiaya Ibu Sambung: Sering Dibentak Kalau Mandi

"Kalau dia (F) mandi suka (harus) dipaksa. Tapi maklumlah, anak kecil kalau mandi susah," imbuh Sadan.

Bahkan, F disebut-sebut juga sering diseret setelah dimandikan M.

Sadan mengatakan, penganiayaan lain terhadap F juga sering terdengar olehnya.

Namun, ia tidak mengetahui alasan M bertindak seperti itu kepada anak tirinya.

Baca juga: Masih Berduka, Keluarga Balita yang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut di Jakarta Timur Enggan Ditemui

"Saya juga enggak tahu itu kenapa, tapi itu kayak kelihatan benci aja. Adik kandungnya F juga di sini, tapi sama adik kandungnya tidak seperti itu," terang Sadan.

Ia dan para tetangga sudah berulang kali mengingatkan M terkait hal tersebut.

Apabila F bertindak nakal, mereka pun mengatakan bahwa hal tersebut wajar dilakukan oleh anak sepantarannya dan tidak sepatutnya dianiaya.

Namun, peringatan tidak digubris. Kejadian pun berlangsung selama setidaknya dua bulan belakangan.

"Sempat ada biru-biru di mukanya (F). Pas ditanya kenapa, katanya (M) karena kena lato-lato," jelas Sadan.

Hal ini membuat warga setempat termasuk Sadan merasa risih.

Mereka akhirnya melaporkan M ke RT setempat. Laporan kemudian ditindaklanjuti ke tingkat kelurahan.

"Lurah langsung datang dan saya juga sempat ditanya-tanya oleh lurah terkait hal itu (penganiayaan)," ujar Sadan.

Langsung ditindak

Jainudin mengatakan bahwa awalnya M tidak mengakui perbuatannya.

"Awalnya dia (M) mengaku bukan penganiayaan. Kadang-kadang dicakar sendiri, kadang jatuh sendiri. Tapi kita tanya terus dan sebagian M mengakui (bahwa F) ada yang ia gigit, ada ia cubit," tutur dia.

Adapun pihak Jainudin mendapat laporan tentang dugaan penganiayaan anak di bawah umur dari RT setempat.

Kemudian, bersama dengan pihak RT, Jainudin beserta jajarannya langsung menuju rumah M.

"Saat datang ke lokasi, Alhamdulillah anaknya masih ada bersama ibunya. Kemudian kita interogasi," ujar dia.

Baca juga: Ibu Sambung Aniaya Balita di Rawa Terate, Diinterogasi RT dan Satpol PP sampai Mengaku

Saat tiba di rumah M, Jainudin mengungkapkan bahwa pihaknya sempat mendapat penolakan.

Menurut dia, ada kemungkinan M merasa bersalah karena sudah menganiaya F dan takut melihat seragam orang-orang kelurahan dan Satpol PP.

"Ibunya juga memeluk anaknya, tidak mau dilepas. Tapi pelan-pelan kita lakukan secara persuasif. Awalnya juga menolak (diinterogasi), tapi lambat laun ibunya mengakui perbuatannya," imbuh Jainudin.

Pada saat itu, pihaknya sempat melihat ada lebam yang cukup parah pada tubuh F.

Mereka pun mengontak Sudin Kesehatan Jakarta Timur untuk membantu memeriksa tubuh F.

Adapun pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui seberapa parah luka yang terdapat pada tubuh balita itu.

Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa hampir sekujur tubuh F dipenuhi luka.

"Lukanya cukup banyak (di) seluruh badan, (bagian) belakang dan depan. Lengan kanan dan kiri lebam juga," jelas Jainudin.

Jainudin mengatakan, saat ini F sudah diamankan dan dirawat oleh pihak keluarga ayahnya.

Sementara terkait nasib M, Jainudin memanggil pihak Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta.

Adapun pemanggilan berkaitan dengan kondisi psikologi M.

"Ada referensi dari Sudin Kesehatan Jakarta Timur, M setelah disampaikan beberapa pertanyaan, ada terindikasi kelainan jiwa," terang dia.

Akhirnya, diputuskan bahwa M perlu menjalani penyembuhan secara psikologis di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Duren Sawit setelah koordinasi dengan keluarga M.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com