Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Rangkaian KRL Akan Pensiun, Dishub DKI Prioritaskan Layanan Transportasi Umum Terintegrasi

Kompas.com - 28/02/2023, 14:01 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Perhubungan (Dishub) DKI memprioritaskan layanan transportasi umum terintegrasi guna mengantisipasi dampak dari rencana penghentian 10 rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Untuk diketahui, 10 rangkaian KRL Jabodetabek akan memasuki masa pensiun pada tahun ini dan harus diganti.

“Kami telah memprioritaskan agar masyarakat menggunakan transportasi umum dengan sistem pelayanan transportasi terintegrasi,” kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Chaidir di Jakarta, Selasa (28/2/2023), dilansir dari Antara.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI telah memberlakukan tarif integrasi dengan biaya maksimal Rp 10.000 apabila masyarakat menggunakan dua atau tiga moda transportasi umum di Ibu Kota, yakni TransJakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta.

Baca juga: Mayat Korban Pembunuhan Tiba di RS Polri, Disambut Isak Tangis dan Doa Keluarga

Aturan penerapan tarif integrasi itu berlaku sejak Agustus 2022 dan tertuang dalam Keputusan Gubernur Nomor 733 tahun 2022 tentang Besaran Tarif Angkutan Umum Massal.

Selain itu, kata Chaidir, Pemprov DKI juga menerapkan kebijakan ganjil genap di sejumlah ruas jalan maupun meningkatkan pelayanan transportasi umum, yakni MRT, LRT dan TransJakarta.

Adapun peningkatan layanan transportasi umum di antaranya adalah menambah kapasitas pada 2024.

Merujuk data Dishub DKI, TransJakarta misalnya berencana menambah kapasitas armada hingga 6.960 armada dengan kapasitas 1,5 juta orang per hari, yang mana kapasitas saat ini 4.700 unit armada dengan kapasitas 1,2 juta orang penumpang per hari.

Baca juga: Dinkes DKI Jakarta Pastikan Kasus Covid-19 di Jakarta Terkendali meski Ada Kenaikan

Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyebutkan pada tahun ini ada 10 rangkaian KRL Jabodetabek yang akan pensiun.

"Untuk itu, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) harus segera memesan rangkaian KRL baru atau bekas pakai sebagai pengganti," katanya melalui keterangan tertulis.

KCI, kata Agus, sudah memesan KRL pengganti sesuai dengan jumlah KRL yang pensiun. Namun, pemerintah ingin KCI memesan KRL Jabodetabek dari PT INKA.

"Namun PT INKA baru sanggup menyediakan KRL pesanan KCI pada tahun 2025 dengan harga tinggi," imbuhnya.

Baca juga: Dianggap Buat Kumuh, PKL di Belakang RS Tarakan Ditertibkan Satpol PP

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia tidak perlu mengimpor gerbong KRL karena industri kereta api nasional mampu memproduksi kebutuhan kereta dalam negeri.

Menurut Dody, kebutuhan gerbong kereta dalam jumlah besar memang membutuhkan waktu.

Untuk itu, ia mendorong adanya perencanaan untuk periode penggantian atau peremajaan setiap gerbong kereta yang beroperasi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com