Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Raya Bekasi di Cakung Sudah 2 Tahun Rusak, Bikin Macet dan Rawan Kecelakaan

Kompas.com - 03/03/2023, 08:28 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan Raya Bekasi dari Pulo Gadung ke arah Cakung di Jakarta Timur, berlubang di sejumlah titik.

Karena itu, masyarakat menganggap jalan tersebut rawan kecelakaan dan bikin macet.

Salah satu warga bernama Sunarto mengatakan, kemungkinan jalur itu rusak dan berlubang karena sejumlah hal.

"Rusak di sepanjang jalur ini karena banjir. Tapi rusak juga karena banyak kendaraan gede kayak truk dan tronton yang lewat sini," kata Sunarto di Kelurahan Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (2/3/2023).

Baca juga: Lubang di Jalan Cakung Bikin Warga Was-was Saat Melintas Malam Hari

Pantauan Kompas.com di lokasi, Kamis, sisi kanan Jalan Raya Bekasi arah Cakung di depan kawasan Bizpark Commercial Estate memiliki cukup banyak lubang.

Lubang-lubang yang cukup dalam ini terletak di dekat trotoar pemisah jalur. Sunarto mengungkapkan, kondisi serupa dapat terlihat hingga lampu merah Pupar.

Dari banyaknya lubang di jalur itu, ada satu lubang yang ukurannya cukup besar. Namun, lubang itu hanya diberi tanda seadanya menggunakan road barrier berwarna oranye.

Rawan kecelakaan

Sunarto sudah tinggal di kawasan itu selama lebih kurang 20 tahun. Ia menyaksikan sendiri bagaimana jalanan itu lambat laun menjadi rusak dan berlubang.

Menurut dia, jalur dari area di depan Bizpark hingga lampu merah Pupar sudah rusak selama lebih kurang dua tahun. Akibatnya, jalur tersebut rawan kecelakaan.

"Jalanan berlubang di sini juga suka bikin kecelakaan. Sekitar dua mingguan kemarin ada pengendara motor (kecelakaan), langsung meninggal," tutur Sunarto.

Baca juga: Warga: Jalan Raya Bekasi Arah Cakung Rawan Kecelakaan karena Banyak Lubang

Menurut dia, kondisi jalan berlubang itu membahayakan orang-orang yang sedang melintas.

Sebab, tidak semua orang sering melewati Jalan Raya Bekasi dari Pulogadung ke arah Cakung, terutama pada malam hari atau saat sedang hujan.

Mereka berpotensi mengalami kecelakaan karena mengira jalur itu dalam kondisi mulus.

"Ini jalanan udah rusak sekitar dua tahunan. Dulu cuma lubang-lubang kecil, makin ke sini kondisinya semakin parah. Sering (terjadi) kecelakaan di sini gara-gara jalanan berlubang," terang Sunarto.

Bikin macet

Sunarto mengatakan, banyaknya lubang di jalur itu turut menyumbang kemacetan, selain karena adanya lampu merah Pupar.

Sebab, banyak pengendara mobil dan motor yang menghindari jalur berlubang. Sementara itu, pengendara yang telanjur melintasi lubang, langsung memperlambat laju kendaraan.

Warga bernama Nurhadi mengatakan, kondisi jalur berlubang ini membuatnya cukup terganggu ketika melintas.

"Adanya jalan rusak juga bikin kendaraan melambat, menimbulkan macet juga," kata Nurhadi.

Baca juga: Jalan Raya Bekasi Arah Cakung Rusak, Warga: Gara-gara Banjir dan Truk Tronton

Oleh karena itu, Nurhadi berharap jalur tersebut segera diperbaiki.

Hal serupa dituturkan oleh Sinaga. Ia merasa terganggu dan waswas dengan jalur yang rusak itu.

"Kalau bisa diperbaiki semua jalanannya. Itu kan banyak yang berlubang. Kalau hujan dan malam, kami juga takut lewat sini," kata Sinaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com