JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada satu pun warga RW 05 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, yang menolak atau berkeberatan terhadap pembebasan lahan untuk normalisasi Kali Ciliwung.
"Enggak ada (penolakan) karena warga sekarang sudah pada tahu (manfaatnya). Sudah ada contohnya (normalisasi Kali Ciliwung), itu di Kampung Pulo," ungkap Ketua RW 05 Kelurahan Kampung Melayu, Feri, di Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2023).
Baca juga: Normalisasi Ciliwung Kerap Terhambat Lahan Bersertifikat Ganda, Apa Solusinya?
Ia menuturkan, normalisasi Kali Ciliwung di Kampung Pulo berhasil membuat kawasan itu bebas dari banjir.
Hal inilah yang membuat warga setempat setuju dengan pembebasan lahan yang akan membantu menangani permasalahan banjir di Kampung Melayu.
"Dengan (Kampung Pulo) dinormalisasi, itu kan dia enggak banjir. Kita banjir, di sana enggak. Dulu mereka banjirnya lebih parah dari Kebon Pala karena lokasinya lebih rendah," ucap Feri.
"Warga sih terserah pemerintah mau (memberikan) rusun (untuk relokasi) atau uang (ganti rugi). Mereka terima aja asalkan sepadan," sambung dia.
Baca juga: Jika Sertifikat Tanah Normalisasi Ciliwung Tumpang Tindih, Pemprov DKI Disarankan Konsinyasi
Feri mengatakan, warga RW 05 juga menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bebas banjir.
Mereka memang sudah terbiasa dengan banjir, terutama warga yang lahir dan besar di sana.
"Kebanyakan orang lama sudah ngerasain enggak enaknya kena banjir gimana. Tapi lama-lama capek kena banjir terus. Kasian juga banyak anak-anak kecil," jelas Feri.
Selain itu, warga pun sudah lelah dengan kondisi rumah yang selalu lembap selama musim banjir.
Sebab, dinding rumah belum tentu kering dalam sepekan, terutama ketika musim hujan.
Baca juga: Simpang Siurnya Informasi soal Pembebasan Lahan di Cawang untuk Normalisasi Ciliwung
"Rumah jadi lembap kalau habis banjir begini. Seminggu abis banjir belum tentu kering, apalagi sekarang hujan terus," kata Feri.
Feri termasuk salah satu orang lama di RW 05 Kelurahan Jatinegara. Ia lahir dan besar di sana.
Sejak 1960-an, ia sudah merasakan banjir. Namun, pada saat itu banjir tidak separah saat ini.
"Dulu palingan sebatas lutut orang dewasa, sekitar 30 centimeter," terang Feri.
Menurut dia, salah satu yang semakin memperparah keadaan banjir di Kampung Melayu adalah badan sungai yang menyempit.
Hal ini karena beberapa orang mendirikan permukiman semakin maju ke arah bantaran Kali Ciliwung.
Baca juga: Proyek Normalisasi Sungai di IKN, Warga: Ini Kampung Kami, Kalau Digusur Kami ke Mana?
"Rumah warga yang semakin maju ke bantaran kali juga salah satu penyebab terjadinya banjir," papar Feri.
"Dulu di bantaran kali enggak ada permukiman. Masih jauh dari bantaran kali. Makin ke sini permukiman semakin dekat ke bantaran kali," imbuh dia.
Presiden Joko Widodo memberikan tenggat waktu dua tahun untuk merampungkan program normalisasi Kali Ciliwung.
Karena itu, Pemprov DKI akan membebaskan lahan untuk normalisasi tersebut.
Selama 2021-2022, Pemprov DKI telah membebaskan 324 bidang untuk normalisasi Kali Ciliwung.
Baca juga: Warga Cawang yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Ogah Direlokasi ke Rusun
Pemprov DKI akan membebaskan lagi 6,5 hektar lahan untuk program serupa pada tahun ini. Anggarannya mencapai Rp 469 miliar.
Lahan yang akan dibebaskan terletak di empat kelurahan di Ibu Kota, yakni Cililitan, Rawajati, Cawang, dan Kampung Melayu.
Di Kampung Melayu, wilayah yang dikatakan bakal terdampak pembebasan lahan adalah RW 04 hingga RW 08.
"Kalau RW 05, ada tiga RT yang terdampak, yakni RT 009 sampai RT 011. Tiga RT ini yang letaknya di bantaran kali banget," pungkas Feri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.