DVI Commander Kombes Pol Ahmad Fauzi melanjutkan, kendala lain yang dihadapi adalah minimnya kondisi atau tanda-tanda sebelum kejadian (ante mortem) dari pihak keluarga.
"Ini menjadi kendala utama di proses identifikasi yang sudah dilakukan. Proses ini jadi panjang sehingga kita harus mengandalkan metode terakhir yang bisa kita andalkan, yaitu DNA," ujar dia di RS Polri, Selasa.
Baca juga: Jasad Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Dijemput Keluarganya di RS Polri
Minimnya data itu membuat pihak rumah sakit memanggil kembali beberapa keluarga yang sudah melapor untuk melakukan pendalaman identitas.
Fauzi berharap agar pendalaman itu dapat membantu mempercepat proses penyelidikan para jenazah tersebut.
Enggan terburu-buru
Pihak kepolisian enggan terburu-buru dalam mengidentifikasi jenazah korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
Hariyanto menuturkan, targetnya bukanlah mengejar waktu tetapi memastikan identifikasi dilakukan secara hati-hati.
"Targetnya adalah kebenaran dari identifikasi. Kita targetnya harus mengidentifikasi semua dengan kesaksian yang hampir 100 persen," tuturnya.
Baca juga: Ramai-ramai Dukung Relokasi Warga Sekitar Depo Pertamina Plumpang, tapi...
Hariyanto mengatakan, pihaknya memang berusaha mengidentifikasi seluruh jenazah di rumah sakit itu.
Namun, tegas dia, proses tetap harus dilakukan secara hati-hati. Ahmad mengamini hal tersebut.
"Jelas prinsip kehati-hatian dan ketelitian diutamakan. Jadi, benar-benar (proses) identifikasi ini menentukan identitas jenazah tersebut," ujar Ahmad.
"Mengenai waktu, tentu akan dilaksanakan (penyelesaian identifikasi) sesegera mungkin. Namun tidak boleh mengabaikan ketelitian dan kehati-hatian," imbuh dia.
Masih cari ayahnya
Di tengah proses identifikasi yang masih terus berjalan, warga korban kebakaran yang kehilangan orang terkasihnya hanya bisa pasarah menunggu sambil harap-harap cemas.
Hamidah (33) misalnya. Ia hingga kini belum mengetahui nasib ayahnya, Ali (67), yang hilang saat peristiwa kebakaran melahap kawasan sekitar Depo.